Ria adalah seorang mahasiswi asal Pekalongan, Jawa Tengah. Aku mengenalnya ketika kami sama-sama menjadi peserta dalam kegiatan workshop bagi mahasiswa/i. Dia peserta dari sebuah sekolah tinggi ekonomi di kota S, sedangkan aku dikirim mewakili kampusku. Selama workshop, sebenarnya aku sudah mulai merasa kalau dia memperhatikanku, tapi aku juga tahu kalau dia sudah punya seorang cowok.
Sehingga hubungan kami saat itu hanya
sebatas SMS. Sampai pada satu jumat malam di bulan November tahun 2003,
Ria menelponku. Intinya dia mengatakan bsok pagi akan ke kota Y dan
minta aku menjemputnya di terminal. Perkiraan kalau dia berangkat dari
Kota S jam 7, maka jam 10 atau paling lambat jam 11 dia akan tiba di Y.
Keesokan harinya pukul 10 pagi aku sudah stand by di terminal bis antar
kota di kotaku. Saat sedang mencari-cari, tiba-tiba saja dari belakang
Ria mengagetkanku.
Dia tidak banyak berubah, tinggi 168 cm,
rambut sebahu, bentuk wajahnya tirus mirip seperti artis Nia Ramadhani,
namun tubuh Ria lebih berisi, terutama dengan payudara yang berukuran
34 B. Saat aku terpana melihat tubuhnya, dia tiba-tiba saja memelukku.
“mas, aku kangen. Pengen banyak cerita sama kamu, pengen tukar pikiran
dan diskusi kaya saat workshop dulu” ungkapnya.
“iya..iya..udah ah, ga enak diliat orang
banyak” kataku sambil melepaskan pelukannya. “Mau nginap dimana kamu
malam ini? Masak mau langsung pulang ke S?”tanyaku. “aku nginap di kost
mas Ari aja boleh khan?”jawabnya. “mana boleh non, bisa digrebek ama
orang kampong” jawabku. Akhirnya dia sepakat akan tidur di sebuah hotel
melati dekat kostku, biayanya aku bantu setengah, karena dia juga tidak
membawa banyak uang.
Singkatnya, setelah Ria mandi dan
berganti pakaian kami berjalan-jalan keliling kota Y, selama perjalanan,
dia banyak bercerita tentang hubungannya dengan cowoknya yang mulai
banyak ketidak cocokan dan sering diwarnai pertengkaran. Setelah makan
malam, jam 9 malam aku mengantarkan dia kembali ke hotel tempatnya
menginap. Setelah itu aku kembali ke kostku. Pukul setengah 11 malam Ria
menelponku. “mas, aku ga bisa tidur, hotelnya serem, mas Ari kesini
donk, temanin aku” pintanya. cerita seks
Maka aku pun langsung menuju hotel itu.
Ketika menuju kamar Ria, aku sempat melihat beberapa pasangan chek in,
ada yg masih muda, ada pula yang sudah berumur. Pahamlah aku bahwa hotel
ini termasuk hotel esek-esek yang banyak dibicarakan teman-teman
kampusku. Kamar yang ditempati Ria berada di ujung lorong, sehingga
terlihat memang lebih luas, Ria masih belum ganti baju, “aku mau k kamr
mandi takut mas, lampunya kecil” jawabnya ketika kutanya kenapa ga ganti
baju. “Ya udah, aku disini, kamu cuci muka trus ganti baju tidur ya”
kataku.
Sementara aku tiduran diatas spring bed,
ternyata karena takut (atau entah sengaja) Ria ganti baju tanpa menutup
pintu kamar mandi, tentu saja aku bisa melihatnya dari kaca besar di
depan pintu kamar mandi. Dari situ aku melihat Ria hanya mengenakan
celana dalam, tanpa BH di balik daster tidurnya.
Dengan menggunakan daster, Ria naik ke
atas spring bed dan berbaring di sebelahku. Sedikit ja’im aku kemudian
duduk, “kamu mau tak tungguin disini atau aku pulang aja ke kost?”
tanyaku. “Mas Ari disini aja, khan kita ga ngapa-ngapain” jawabnya. Aku
pun turun dari spring bed dan duduk di kursi berlengan yang ada dalam
kamar itu. “lho, kok di situ sich? Disini aja ama aku. Khan tempat
tidurnya masih luas” protes Ria. Dari pada diprotes terus (dan karena
memang ngarepin) aku pun kembali berbaring di sebelahnya.
Lama kami terdiam, aku kira dia sudah
tertidur, sehingga aku kemudian membuka ikat pinggang dan retslueting
celana jeansku, karena aku memang tidak biasa tidur dengan celana jeans,
Bahkan kadang aku tidur hanya dengan celana pendek, tanpa celana dalam.
“kenapa mas? Sesak ya?” Tanya Ria yg ternyata belum tidur. “iya, aku ga
biasa tidur pakai jeans” jawabku. “ya udah, celananya dibuka aja, mas
Ari pakai selimut ini lho” kata Ria lagi smbil menyerahkan selimut dan
kemudian membalik badannya. Jadilah aku hanya bercelana dalam berbungkus
selimut tidur disamping Ria.
Sekitar jam 3 dinihari, aku terbangun
karena seperti mendengar suara tangis. Ketika kubuka mata, ternyata di
depanku Ria menangis sambil memandangku. Aku yang bingung kemudian
bertanya kenapa, bukannya menjawab, tangis Ria justru makin kuat.
Khawatir diduga melakukan kekerasan oleh orang diluar kamar, aku menarik
Ria dan mendekapnya.
Ria memelukku erat dan bercerita bahwa
awal mula tidak harmonisnya hubungan antara dia dengan cowoknya karena
cowoknya memaksa dia untuk berhubungan badan. Benar-benar iba, aku pun
mendekapnya dalam pelukanku. Lupa kalau saat itu aku hanya memakai
celana dalam. Makin lama saling berpelukan, kami pun makin terbawa
suasana, dari hanya saling memeluk dan berpandangan, perlahan bibir kami
mulai saling mendekat dan berpagutan, rasa asin dari air matanya tak
kurasakan, yang ada hanyalah nafsu, Ria pun mulai menunjukkan hal yang
sama.
Nafasnya makin memburu, permainan
lidahnya makin agresif, bahkan gerakan tangannya mulai meremas lengan
dan kaos yang kukenakan. Remasannya makin lama malah menarik kaosku ke
atas, seolah meminta aku melepasnya, maka kubuka kaosku dan tinggal
bercelana dalam dihadapan Ria. Melihat dadaku yang ditumbuhi bulu halus,
Ria keliatan makin bernafsu, dia memegang dadaku dan meremasnya, aku
pun merasa tak perlu berbasa-basi lagi, maka segera kutarik keatas pula
dasternya, sehingga dia pun hanya tinggal memakai celana dalam.
Kami sempat saling memandang, “mas, aku
pernah menolak L***** untuk ML sama aku, sampai dia memaksaku dan bahkan
mendekap mulutku dengan bantal, tapi sekarang aku ikhlas mas, kalau
kamu mau jadi pacarku, aku ikhlas menyerahkan diriku ke kamu malam ini”
kata Ria sambil menangis. Aku tidak menjawab, aku kembali menariknya ke
pelukanku, memberinya waktu untuk melepaskan semua beban yang ada
dihatinya. Namun tak lama kemudian, dia mulai kembali menciumi bibirku.
Kami pun kembali saling berpagutan, kali
ini tidak ada lagi ja’im di benakku. Sambil tetap berciuman bibir,
tanganku mulai meremas-remas toket dan pantatnya. Dia yang mulanya hanya
meremas lengan dan dadaku, perlahan tangannya turun tapi terhenti di
atas perutku. Karena tak sabar, langsung kuarahkan tangannya untuk
memegang kontolku.
Dan dia pun menggenggam kontolku dengan
kuat. Bibirku mulai turun ke lehernya, kugigit pelan dan kuhisap-hisap
sehingga meninggalkan bekas merah di kulitnya yang putih, terus aku
turun dan mulai mendekati dadanya, kuhisap toketnya, sambil terkadang
kupilin putingnya bergantian, dia makin bergoyang liar remasan-remasan
tangannya mulai membuat perih di tubuhku. Aku terus menggigit-gigit
pelan dan menghisap tubuhnya, turun ke perut dan terus turun, sampai
pada batas atas celana dalam hitam yang dikenakannya.
Aku berhenti, dan memandangnya, “boleh
aku buka?” tanyaku, dia mengangguk dengan menatapku sayu. Dengan kedua
tangan kubuka penghalang terakhir antara aku dan lubang kenikmatannya,
bulu-bulu jembutnya tipis dan wangi menunjukkan dia rajin merawat
propertinya itu. Belahan memeknya masih sangat rapat, kuminta dia untuk
melebarkan kedua kakinya, dia sempat menolak, “malu mas” tapi setelah
aku sedikit memaksa, di pun mulai melebarkan kedua kakinya, menunjukkan
bagaian dalam memeknya yang berwarna merah muda.
Langsung kucium, kujilat dan
kuhisap-hisap semua bagian memeknya, mulai bagian labia mayora (bener ga
sich itu namanya?) sampai klitorisnya yang berbentuk benjolan sebesar
kacang tanah. Dan akibatnya, Ria seperti kesetanan, pinggulnya
naik-turun berusaha menghindari seranganku ke memeknya, “udah mas,
udah.. geli..aku geli…” tukasnya. Tapi aku pun terus berusaha merapatkan
bibirku ke titik sensitive itu.
Dan tiba-tiba dia berkata “maasss,
aku…mau.. pipis….” belum sempat aku menarik kepalaku dari pangkal
pahanya, justru kedua paha itu menjepit kepalaku, kedua tangannya
menekan kepalaku semakin mendekati memeknya dan pinggulnya diangkat
tinggi-tinggi. Dia mendapatkan orgasme pertamanya setelah ku rangsang
dan ku oral selama 15 menit. Tak ayal cairan memeknya pun membasahi
hidung dan mulutku. Aroma dan rasa yang khas membuatku makin bernafsu
terus kuhisap semua cairan yang keluar dari lubang itu sampai habis.
Setelah jepitan pahanya agak melonggar,
aku langsung kembali ke sampingnya. Kucium bibirnya sambil kubelai-belai
toketnya. “Enak, ga ?” tanyaku. “Enak banget, aku sampai lemes banget.
Mas Ari pasti udah sering ya, kok pengalaman banget?” tanyanya *dalam
situasi seperti ini, kalau aku jujur aku sudah pernah ML sama 3 cewek
sebelum dia bisa merusak suasana* maka kujawab “ aku baru pertama sama
kamu ini kok.
Aku Cuma sering liat BF aja” “wah,
pantes, belajarnya dari film” kata Ria sambil tersenyum dan memelukku.
Setelah 1 menit, dia mencium bibirku dan bertanya “sekarang aku mesti
gimana buat gentian muasin mas Ari?” Aku pun tersenyum dan melirik
kontolku yang kepalanya sudah keluar dari batas celana dalamku.
Dia tersenyum, lalu mulai bergerak
membuka celana dalam yang aku kenakan. Dia memegang kontolku lalu
bertanya “mau diapain ini mas?” pertanyaan lugu yang menggoda, tapi
karena malas basa-basi lagi aku pun menjawab “masukin ke memekmu donk,
tapi sebelumnya diisep dulu” dia tersenyum, lalu mulai mengocok pelan
kontolku. Setelah agak keras, dia mulai memasukkan junior ke dalam
mulutnya dan menghisapnya, tapi karena memang belum pernah (setidaknya
menurut pengakuannya) maka rasanya pun tidak terlalu enak.
Agak sakit malah, karena beberapa kali
menyentuh giginya. “jangan kena gigi donk yang, sakit” kataku. “aduh
mas, sorry, aku ga bisa kaya gini” jawabnya “Mas langsung main aja yah,
aku pasrah kok” katanya. Lalu dia berbaring disampingku sambil membuka
kedua kakinya.
Melihat posisi itu, aku pun bangkit,
kujilati sebentar klitorisnya supaya agak basah, dia mulai mendesah
pelan. Kubasahi juga ujung kontolku dengan sedikit air liur, lalu mulai
kugesek-gesekkan di depan lubang memeknya. Meski mengaku sudah tidak
perawan karena paksaan mantan cowoknya, ternyata lubang memek Ria sangat
sulit ditembus. Masih sangat sempit, dan aku ga tega ketika sedikit
memaksa mendengar dia menjerit tertahan, “aduh mas, sakit mas…” maka
kutunda lagi memasukkan kontolku dalam memeknya.
Sambil tetap kugesek-gesek, aku mulai
mendorong ketika kurasa sudah cukup basah, berhasil masuk kepala
kontolku masuk kedalam memeknya. Di sinilah aku merasakan perbedaan
antara memek Ria dengan memek milik Ika, Icha dan Eta yang pernah
kurasakan seblumnya. Kalau memek lain kenikmatan itu sangat terasa
ketika aku memasukkan kontolku dalam-dalam, maka memek Ria terasa sangat
menjepit justru ketika baru sepertiga kontolku masuk. Maka aku pun,
hanya menggerakkan kontolku maju mundur di titik itu.
Namun berbeda dengan yang kurasakan, Ria
justru sangat kesakitan dengan cara itu. “mas, cabut dulu mas. Sakit
mas” ujarnya. “ya, bentar yah, aku enak bgt nich sayang” kataku. Dia
seperti menahan rasa sakit, bibirnya digigit. “mas, udah dulu donk…sakit
nich, perih…” katanya lagi. Sebenarnya aku ga tega, tapi aku pun
merasakan kenikmatan dengan hanya bermain di permukaan memeknya itu.
Akhirnya aku mengalah dan memutuskan untuk mencabut kontolku dari
memeknya.
Namun sebelum mencabut, aku ingin
mencoba memasukkan keseluruhan batang kontolku dalam memeknya, maka
kudorong penuh kontolku ke dalam memeknya, sedalam aku bisa, namun
ternyata mentok dan aku bisa bisa merasakan dinding rahimnya tepat di
depan kepala kontolku.
Saat itulah aku merasakan perubahan pada
diri Ria. Dia yang semula menahan sakit sambil menggigit bibir dan
memejamkan mata, tiba-tiba matanya terbuka lebar, mulutnya menganga
tertahan. “mmmaaaassssss……” suaranya tertahan dan bergetar.
“Eeennnnnaaaaakkkk bbaaaannggeeettttt mmmaaasss….”katanya. Tangannya
mencengkram erat kedua lenganku.
Sesaat kemudian dia berubah makin liar,
setiap kali aku tarik mundur kontolku, dia justru memajukan memeknya
seolah tidak mau melepaskan sedikit pun kontolku dari memeknya.
Tangannya memelukku erat, kemudian tubuhnya tiba-tiba mendorongku
berguling ke kanan sehingga sekarang dia berada di atas tubuhku. Dia
tetap memelukku erat sambil menggoyangkan pinggulnya ke semua arah,
maju-mundur, kanan-kiri, depan-belakang bahkan diselingi memutar, aku
yang merasakan perubahan ini kemudian mulai mengatur posisi, kuluruskan
kedua kakiku dan menbiarkan tubuh Ria menguasaiku, dia menggerakkan
pinggulnya ke segala arah bagai kesetanan, aku berusaha mengimbangi
gerakannya dengan melawan arah setiap gerakan pinggulnya.
Tetes keringat kami membasahi kasur,
tapi keganasan Ria seolah tidak akan berakhir. Beberapa saat kemudian
tiba-tiba dia menekan dalam-dalam pinggulnya. Tangan kanannya
mencengkram lengan kiriku dan tangan kirinya menjambak rambutku.
Kontolku seperti diremas-remas dengan kuat oleh memeknya dan dia
menjerit tertahan “aaaaaccchhhh……” tubuhnya mengejang, kaku sesaat lalu
ambruk diatas tubuhku. “enak banget mas..enak banget….aku pengen *******
terus ama kamu kaya gini. Enak banget” ujarnya berbisik di telingaku.
Aku hanya tersenyum mendengar
kata-katanya, sementara Ria masih terbaring lemas diatas tubuhku,
kontolku yang masih menancap dalam memeknya bergerak-gerak mencari
perhatian ;p dia pun merasakannya, dan mulai bangkit. “mas, aku lemes
banget, mas diatas aja dech, aku pasrah. Udah lemes bgt nich”katanya.
Dia lantas menjatuhkan tubuhnya, dan sambil membuka lebar tangan dan
kakinya, dia berkata nakal “aku pasrah mas, perkosa aku, nodai diriku
sepuasmu…..” sambil tersenyum nakal.
Aku pun langsung, naik ke atas tubuhnya.
Sengaja kuangkat kedua kakinya sambil kulingkarkan di pinggangku.
“gini, biar kerasa makin enak” kataku, sesaat kemudian aku mulai
mendorong kontolku masuk dalam memeknya. Ini perbedaan kedua antara
memek Ria dengan memek lain yang pernah kurasakan, meski basah karena
cairan orgasme sebelumnya, tapi ketika kumasukkan, tetap aja kontolku
rasanya seperti dijepit dengan kuat. Aku pun mulai menggoyang pinggulku
maju-mundur.
Setelah melihat liarnya Ria saat
kumasukkan dalam kontolku, dan merasakan kenikmatan memeknya saat di
permukaan, maka kucoba memainkan masuknya kontolku dengan ritme 3 plus
1, yaitu tiga kali aku dorong dengan hanya memasukkan sepertiga
kontolku, dan kemudian satu kali dorongan dalam yang memasukkan kontolku
sedalam-dalamnya sampai terasa mentok di dinding rahim Ria.
Dan efeknya, meski mengaku sudah lemas,
tapi tiap kali aku dorong dalam kontolku dalam memeknya, tubuh Ria
seperti mengejang. Pinggulnya ikut terangkat tiap kali aku menarik
kontolku, dan suaranya tertahan “mmaaasss….” Dia terus meremas lenganku
dan menggigit kuat bibirnya sendiri. “mmmaaasss, jangan nyiksa aku
doonkk… masukin yang daallleeem dddooonnkkk….” Pintanya dengan mata sayu
menatapku dan suara bergetar. Karena kasihan, aku pun langsung
menaikkan ritme goyanganku dengan mendorong dalam kontolku dalam
memeknya.
Dan Ria kembali kesetanan, dia membalas
setiap tusukan kontolku dengan gerakan pinggul yang ke segala arah,
bahkan tangannya meremas erat kedua pantatku sambil menakannya agar
makin dalam masuk dalam memeknya. “mmass, dalam lagi mmaaass, masukkiinn
dalem lagi…eennaakk bangeettt masss….”ujarnya. Dan gerakan pinggulnya
pun kurasakan makin terasa nikmat ketika memeknya terasa memijat dan
meremas-remas kontolku, dan ini membuat aku pun mulai merasakan cairan
lahar putih akan mulai muntah dari kontolku. “Ria, aku mau keluar
sayang, aku tarik yah” kataku.
Ria mengangguk, namun gerakan pinggulnya
dan tangannya berkata sebaliknya, pinggulnya justru makin terangkat ke
atas, sedangkan tangannya makin menekan pantatku untuk makin masuk ke
dalam memeknya. Sementara didalam pun kontolku terasa makin kuat
disedot, diremas dan dipijat otot-otot memeknya. Akhirnya karena tak
tahan aku pun memuntahkan pejuhku dalam memeknya. Crot.. crot..
crot..dan sedetik kemudian Ria kembali mengejang, badannya kaku dengan
posisi tangan menekan pantatku agar makin mendorong masuk kontolku dalam
lubang memeknya. “mmaaasss….aaaccchhhh….eeennna aakkkk” teriaknya
tertahan dengan suar bergetar. Aku segera mencabut kontolku dari
memeknya dan menjatuhkan badanku disampingnya.
Kulirik jam di HPku, jam 7 kurang 20
menit. Berarti sekitar 3,5 jam kami memadu kasih dan mengejar surga
dunia. Aku mencium bibirnya sambil meremas toketnya. “Aku sayang kamu,
mas…” kata Ria. Kami pun kembali tertidur sampai jam 10 pagi Setelah itu
kami mandi bersama. Setelah sarapan aku kembali mengantar Ria ke
terminal bus untuk kembali ke kota S.
Sejak saat itu, aku berpacaran dengan
Ria. Hubungan kami sempat berjalan selama sekitar 2 tahun, sampai
akhirnya dia dijodohkan dengan seorang pria tetangga kampungnya di
Pekalongan. Sekarang dia telah memiliki 2 anak dan tinggal di kota S.
Yang tidak pernah Ria tahu, bahwa dia bukan wanita pertama yang bercinta
denganku, dan bahwa selama 2 tahun hubungan kami pun aku beberapa kali
bercinta dengan wanita lain.
Terima kasih telah membaca cerita sex di situs Cerita Seks Dewasa 365 yang berjudul Cerita Dewasa Ria Gadis Pekalongan Cantik Mulus Dan Seksi . Nantikan kisah hot lainnya yang setiap hari kami update untuk menambah birahi seksual anda, pastikan bookmark situs Cerita Seks Dewasa 365 agar tidak lupa
0 komentar:
Posting Komentar