Siswi kelas 2 SMU itu segera bersiap-siap untuk pulang setelah praktikum berakhir. Tiba-tiba ada sms masuk. Ternyata dari ayahnya yang memberitahu kalau sore itu mendadak mobil harus masuk bengkel. Jadi, ia harus menunggu kira-kira 30 menit lagi sebelum mobil jemputan datang.
Dengan agak kesal, ia menunggu di dalam kompleks sekolah sambil menonton murid sekolah siang yang sedang olahraga.Kira-kira 30 menit kemudian, ada sms masuk lagi. isinya, “Papi ada urusan mendadak. Kamu pulang naik taxi aja ya. Daripada nunggu nanti takutnya kemalaman.”
Huh, lagi-lagi naik taxi, gerutunya. Kalo tahu gini, kenapa nggak bilang dari tadi, jadi ia bisa nebeng ikut temannya.
Sebenarnya ia sama sekali tak keberatan naik taxi karena telah beberapa kali ia naik taxi sendirian. Karena taxi disini cukup aman, bahkan untuk gadis muda seperti dia yang naik sendirian. Namun yang tidak menyenangkannya adalah ia harus mencegat taxi di jalan besar yang berjarak beberapa ratus meter dari sekolahnya. Dan untuk kesana ia harus melewati STM yang jam segini suka bergerombol cowok-cowok murid STM yang suka iseng dengan cewek-cewek yang lewat, apalagi kalau ceweknya cakep. Mungkin karena mereka jarang bergaul dengan cewek. Dan telah beberapa kali ia jadi sasaran korban celotehan-celotehan dan pandangan-pandangan iseng mereka. Hal yang membuat risih dirinya. Dan ternyata perkiraannya benar. Saat ia melewati STM itu, ada beberapa cowok yang duduk bergerombol di depan, lagi asyik ngobrol dan tertawa-tawa. Saat ia lewat, seketika perhatian mereka semua langsung tertuju ke dirinya.
Cowok yang tampangnya paling jelek dari ketiganya memulai dengan godaannya.
“Wah, ada cewek cakep lewat.”
“Suitt suiittt.”
“Mau pergi kemana Non?”
“ayuk, aku aku bonceng naik motor, mau?”
“Kayaknya mending dipangku di depan deh.”
“Hahahahahaaaa.”
Mereka semua tertawa-tawa sambil menggodanya. Semuanya memelototi wajah dan seluruh tubuh cewek itu. Memang nyatanya ia adalah cewek yang cakep dan berpenampilan menarik. Baju seragamnya tertata sangat rapi di dalam roknya. Kulitnya putih. Dan bentuk body-nya yang juga sexy. Pinggangnya ramping dan pantatnya cukup berisi. Tak heran kalau cowok-cowok liar itu jadi makin ganas menggoda cewek ini.
“Suiit, suiiittt.”
“aduuh, cantiknya.”
“Putih lagi.”
“Mulusnya ga ketulungan.”
“Sexy.”
“Kayak aktris Jepang.”
“Wah, maen film apaan yah?”
“ah, pura-pura kaga tau loe. Yang pasti gue mau dah jadi aktornya.”
“Huahaahahahaaa”
Memang cewek itu kulitnya putih dan wajahnya oriental. Cakepnya ga kalah dengan artis-artis Mandarin atau Jepang. Dan body-nya juga sexy. Namun, meskipun punya daya tarik seksual yang tinggi tapi cewek ini nampak seperti cewek baik-baik. Tampangnya cakep tapi innocent jadi bikin makin menggemaskan mereka. Dan ternyata, komentar mereka menjadi makin kurang ajar.
“ayo mampir sini dulu, yuk. Kita main pangku-pangkuan yuk.”
“Mending maen dokter-dokteran aja.”
“Huuuuuuuuu.”
“Yuk, kita mandi sama-sama.”
“Huaaahahaha.”
“eh, cewek ini body-nya sexy juga ya. Liat. Dadanya boleh juga tuh.”
“Hahahaha.”
Memang bagian dadanya nampak menonjol, tanda bahwa gadis belia ini telah mencapai usia dewasa. apalagi saat itu tas sekolahnya dicangklongkan di bahunya dan talinya diselempangkan secara diagonal dan menekan diantara belahan dadanya, sehingga tonjolan buah dadanya nampak makin jelas saja.
“Hehehehehe.”
“eh, doi kayaknya masih polos tuh. Masih perawan ya? Hehehehe.”
“ah, masa sih? Bukannya kemarin sudah gue cicipin.”
“Hahahahaha.”
“Kalo masih perawan, bisa diperawanin dong.”
“Hahahahaha”.
“Mau perawan mau nggak, gue juga kagak nolak koq.”
“Hahahahaha.”
“Loe kaga nolak, tapi dianya yang nolak.”
…..
Mendengar komentar yang makin kurang ajar itu, langsung cewek ini jadi merah padam dan hampir menangis dibuatnya. Namun ia hanya bisa diam saja sambil cepat-cepat berjalan meninggalkan mereka. untunglah, meski menggodanya dengan kata-kata dan pandangan kurang ajar, mereka tidak sampai berbuat kurang ajar atau menyentuh secara fisik. Akhirnya sampailah ia di jalan besar dan tak lama kemudian ia memanggil taxi yang mengantarnya sampai di rumah dengan selamat. Siapakah cewek itu? Cewek cakep itu namanya Pamela. usianya 17 tahun lewat beberapa bulan. ia anak kelas 2 IPA di SMU favorit di kotanya itu. ia adalah siswi terkenal di sekolah itu. Dan memang, boleh dikata ia adalah cewek yang memiliki segalanya.
Selain cantik dan penampilannya yang menarik, ia termasuk salah satu siswi berprestasi di sekolahnya. Dua kelebihan yang jarang terjadi. Ditambah lagi ia berasal dari keluarga kaya. Ayahnya adalah pengusaha yang kaya dan sering muncul di koran-koran. apalagi ia adalah cewek yang pandai membawa diri karena memang sejak kecil orang tuanya cukup keras mendidiknya untuk berperilaku dengan baik dan sopan santun. oleh karena itu pula, ia termasuk cewek yang polos dan innocent. Tidak hanya wajahnya saja yang innocent, tapi kelakuannya juga tanpa cela sesuai dengan wajahnya. Tidak pernah ada gosip-gosip miring tentang dirinya. Bahkan sampai sekarang, ia belum pernah pacaran. Padahal banyak banget teman cowoknya yang suka kepadanya sejak SMP.
Beberapa hari setelah itu, sekitar pukul 4.30 sore
Pamela berjalan keluar dari sekolahnya. Hari itu lagi-lagi ia pulang dengan naik taxi. Saat itu langit nampak mendung gelap. Dan tak lama kemudian, turunlah hujan dengan lebatnya. untungnya ia selalu membawa payung kecil di dalam tasnya. Saat itu tidak ada anak STM yang suka menggodanya, mungkin karena hujan lebat. Namun ia menghadapi masalah lain. Telah beberapa saat lamanya ia menunggu di tepi jalan hendak mencegat taxi yang kosong. Namun entah karena hujan atau sebab lain, saat itu tidak ada taxi kosong yang lewat. Sementara kalau menunggu mobil jemputan, bisa-bisa hari sudah gelap baru mobilnya datang. Sedangkan kini dirinya telah mulai basah karena payung kecilnya tak mampu melindungi dari hujan yang disertai angin cukup kencang. Saat ia kebingungan, tiba-tiba, ada sepeda motor besar dan butut yang mendekat dan berhenti di depannya. Pengemudinya membuka helmnya.
“Hai, hujan-hujan berdiri disini. Lagi tunggu jemputan ya?” tanyanya.
Pamela mengenal cowok itu. ia termasuk salah satu cowok STM yang suka menggodanya yang tampangnya paling jelek itu. oleh karena itu ia tidak menghiraukan cowok itu.
“Mau aku antar pulang ga?”
Pamela tidak menghiraukan cowok itu.
“Serius nih, mau ga? Mending aku antar pulang daripada kamu berdiri disini kehujanan kayak gini.”
“Nggak usah deh. aku bisa naik taxi,” katanya singkat.
“Hujan-hujan gini nggak gampang dapet taxi lho. Lagian sebentar lagi bakalan gelap. Kalo nggak dapat taxi sampai malam nanti gimana?”
“Nggak mungkin. Sebentar lagi pasti ada taxi,” kata Pamela namun dalam hati ia takut kalo apa yang dikatakan cowok itu bakalan terjadi.
“Sudahlah, ga usah malu-malu. Mending aku antar kamu pulang aja.. Daripada nunggu disini kehujanan, apalagi kalo sudah gelap nggak aman buat cewek sendirian”.
Kali ini Pamela tak bisa menyangkal lagi, karena dalam hati ia juga mulai gelisah.
“Nih, kamu boleh pake ini supaya nggak basah,” kata cowok itu sambil melepas jas hujannya dan memberikan ke cewek itu. Sehingga kini cowok itu jadi langsung basah kuyup kehujanan.
Mula-mula Pamela ragu, namun karena terdesak situasi dan cowok itu terus memaksa, akhirnya ia mau juga membonceng ke sepeda motor cowok itu. Daripada menunggu sampai gelap dan diganggu orang jahat atau jalan kaki di jalan dengan pakaian basah kuyup dan mengundang perhatian semua orang, mending diantar pulang rumah oleh cowok berandalan ini, pikirnya. Kalau pun cowok itu berniat jahat, ia bisa berteriak minta tolong di jalanan, pikirnya. Dan siapa tahu kalau cowok ini memang berniat tulus.
Akhirnya ia mengenakan juga jas hujan itu untuk menutupi tubuhnya supaya ia tidak jadi perhatian orang-orang di jalanan karena baju seragam putihnya yang basah kuyup melekat di badannya. Kini melajulah sepeda motor butut itu melintasi kemacetan kota, dengan penumpangnya dua anak muda berlawanan jenis yang kontras sekali perbedaannya. Hati cowok itu tentu gembira bisa membawa cewek cakep murid SMU favorit yang sangat kontras dengan dirinya yang hitam jelek, hanya sekolah STM serta ugal-ugalan. Sengaja ia beberapa kali mengerem mendadak supaya bisa bersentuhan dengan tubuh cewek itu. Sesampainya di tujuan, langit telah mulai cerah dan hujan hanya turun rintik-rintik…
“oh, jadi ini rumah kamu,” kata cowok itu dalam hati mengagumi kemegahan rumah cewek ini.
“heem, terima kasih ya,” kata Pamela dengan perasaan tidak enak. ia melepas jas hujan itu dan memberikannya kepada sang pemilik. Dirinya kini benar-benar basah kuyup karena jas hujan itu ternyata tidak waterproof. Ya karena itu adalah jas hujan murahan.
“ok, nggak masalah. omong2, sorry ya waktu itu gue ngegodain loe.”
Pamela hanya diam saja karena ia merasa tidak enak masalah itu disebut-sebut oleh cowok ini.
“Tapi bukan gue yang sampe ngomong yang nggak-nggak itu, tapi teman-teman gue. Memang kadang mereka kelewatan. Beneran lho. Gue cuman yang mulai aja.”
“Ya, sudahlah nggak usah diomongin lagi,” kata Pamela tidak ingin membicarakan hal itu lagi.
“oh ya, boleh tahu nama kamu? aku biasa dipanggil Rido,” katanya sambil mengulurkan tangannya.
“Pamela,” kata Pamela sambil mau tak mau menyambut juga tangan Rido.
“Sorry, aku masuk dulu ya. Terima kasih sudah diantar. Sorry banget, kamu jadi basah kuyup,” kata Pamela tak mau berlama-lama.
Meski sudah diantar, tapi ia merasa risih juga terlalu lama bersama dengan cowok berandalan yang tak dikenalnya itu. apa kata tetangga kalau mereka melihatnya.. Berduaan dengan cowok ini aja sudah aneh. apalagi dalam keadaan sama-sama basah kuyup seperti ini. Kini baju seragam putihnya yang dari kain agak tipis telah menempel di tubuhnya yang putih, membuatnya nampak seperti setengah telanjang aja.
“oh, nggak apa-apa. aku sudah biasa kok kena hujan seperti ini. Yang penting sekarang kamu selamat sampai di rumah.”
Pamela hanya diam saja. Dalam hati ia berpikir, meski tampangnya kayak berandalan gini, cowok ini ternyata cukup baik juga.
“eh, Pamela, kapan-kapan aku boleh mampir khan?”
“ehm, boleh saja sih, tapi aku jarang di rumah,” kata Pamela berusaha mengelak.
“Hmm, ok, tak apa,” kata Rido dengan agak kecewa. Meski begitu, ia terkesima dengan pandangan yang ada di depan matanya itu.
Rambut Pamela yang basah kuyup dan wajahnya yang juga basah makin menambah kecantikannya. Tidak hanya cantik, tapi juga sexy! Karena Pamela saat itu boleh dikata seperti setengah telanjang saja. Bagian tubuh atasnya tercetak dengan jelas. untung bra-nya cukup tebal sehingga mampu menutupi payudaranya yang indah. Namun liku liku dan tonjolan ‘body curve’ cewek itu nampak jelas sekali membuat Rido bisa dengan mudah mengira-ngira besarnya ukuran payudara Pamela. Sementara bra-nya berwarna biru tua nampak jelas sekali tercetak dan kontras dengan warna baju seragam dan kulitnya yang putih. Melihat itu, tanpa dicegah lagi penis Rido langsung menegang. Sambil berbicara, beberapa kali ekor matanya mencuri-curi pandang ke arah dada Pamela.
“eh, Pamela,” kata Rido tiba-tiba.
“ada apa lagi?” tanya Pamela menoleh ke belakang sambil memiringkan tubuhnya sehingga dadanya nampak lebih menonjol.
“Boleh minta no HP kamu?”
“ehmmm, nomorku xxxxxxx15,” Pamela mula-mula ragu, namun akhirnya ia memberikan nomornya juga kepada Rido. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam rumah.
Begitu masuk ke dalam rumah, ia segera masuk ke kamar mandi. Setelah sebelumnya kedinginan gara-gara kehujanan, kini ia ingin merendam seluruh tubuhnya di dalam bath tub jacuzzi yang besar dengan air hangat. Tak lama kemudian ia sedang asyik merendam tubuhnya yang telanjang bulat di dalam air hangat sambil merasakan semprotan air di bak jacuzzi yang mengenai beberapa bagian tubuhnya. Sambil ia membayangkan peristiwa yang barusan terjadi. itu adalah pengalaman baru baginya.
Seumur-umur ia tak pernah naik motor besar dan butut seperti itu apalagi dengan membonceng cowok tak dikenal dan kelas rendahan yang mirip berandalan. Sementara ia dari kalangan keluarga kaya dan elit. ada mixed feeling di dalam dirinya. Di satu sisi ia merasa malu kalau sampai ketahuan orang, namun disisi lain ia merasa excited apalagi saat membayangkan reaksi papanya kalau tahu akan hal ini. Pasti papanya jadi sewot habis.
Memang sejak dari kecil ia terlalu dituntut oleh orangtua maupun keluarga dekatnya untuk berprestasi dan untuk berperilaku dengan baik dan tepat. Sehingga diam-diam timbul semangat pemberontak di dalam hatinya, terutama sejak ia melewati masa puber. Namun hal itu hanya bisa dipendamnya di dalam hati. Membayangkan reaksi papanya, ia jadi makin excited, malah ia jadi membayangkan kalau seandainya tiba-tiba pintu kamar mandinya terbuka dan cowok itu masuk ke dalam dan melihat dirinya yang telanjang bulat di dalam air. ah, gila kamu ya! Kok jadi mikir yang nggak-nggak gini, pikirnya dengan malu.
Sementara itu disaat Pamela sedang asyik merendam tubuh mulusnya yang telanjang bulat di kolam air panas, pada saat yang sama, melajulah motor butut itu kembali melintasi kemacetan kota dengan pengendaranya seorang diri yang basah kuyup dan menggigil kedinginan. Memang kontras sekali perbedaan diantara keduanya….Sejak pertemuan itu, Rido begitu gencar mencoba menjalin hubungan lebih dekat dengan Pamela. Namun ia tak mendapat tanggapan berarti. Memang ia menyadari perbedaan yang sangat kontras antara Pamela dan dirinya. Pamela adalah tipe cewek kelas satu sedangkan dirinya dari kelas yang sama sekali nggak masuk hitungan.
ia dari keluarga pas-pasan yang broken home. ia cuma sekolah di STM yang tak bermutu, itu pun beberapa kali ia tak naik kelas sehingga kini umurnya telah 20 tahun padahal ia masih kelas 3. Dan tampangnya juga termasuk jelek, kulitnya coklat kehitaman karena dari sononya ditambah lagi karena seringnya terbakar matahari. Rambutnya yang keriting dibiarkan gondrong awut-awutan. Penampilannya kayak berandalan karena memang ia cowok liar dan ugal-ugalan. urusan berantem, kebut-kebutan di jalan, atau mabuk-mabukan bukanlah hal asing baginya. Bahkan ia telah beberapa kali berhubungan intim dengan beberapa tetangganya yang kebetulan janda berumur 30-an. Mungkin janda-janda itu suka dengan dia karena merupakan daun muda yang liar dan gagah perkasa.
Sementara janda-janda itu mengajarinya bermacam teknik bercinta yang membuatnya ketagihan. Dan sekarang, sejak ia mendapat kesempatan berdekatan dengan Pamela, ia jadi bernafsu terhadapnya dan berpikir keras bagaimana caranya bisa membuat Pamela mau bertekuk lutut sama seperti janda-janda yang sering ditidurinya itu. Bukan perkara yang mudah. Namun ia jadi makin terobsesi untuk mendapatkan Pamela.
Sementara Rido terus menghubungi Pamela, cewek itu terus berusaha menghindar.. Namun karena terus-menerus tak kenal menyerah dan lama-lama tak enak menolaknya terus-menerus, pada suatu hari akhirnya Pamela memperbolehkan Rido datang ke rumahnya. Sore itu Rido sengaja memakai pakaian terbaik yang dimilikinya. Karena ia telah janjian untuk datang ke rumah Pamela. Sesampainya di depan pintu pagar rumah Pamela, ia segera menekan bel.
“Ding Dong..”Tak lama kemudian, pintu segera terbuka, keluarlah seorang pria setengah baya. Tentu ini bokapnya si Pamela, pikir Rido.
“Sore, oom. Saya….
“Mau apa lagi? Khan uang iuran sampah bulan ini sudah dibayar.”
(Sialan, masa gue dipikir tukang sampah, pikir Rido!)
Memang tak heran, karena ia memakai baju hem butut dengan warna norak serta celana jins belel dan sepertinya lama nggak dicuci. Sekilas, pakaiannyanya memang mirip dengan pakaian tukang sampah yang sering datang kesitu. Dan itu adalah baju terbaik yang dimilikinya!
“oh, bukan begitu oom. Saya mau ketemu Pamela.”
“Mau apa kamu ketemu Pamela?” tanyanya curiga kok orang dengan tampang begini mau ketemu dengan putrinya.
“Saya temannya Pamela oom. Kita sudah janji, saya mau pinjam buku catatannya..”
“Kamu bisa kenal Pamela dari mana?” katanya dengan nada penuh curiga.
“anu oom, saya kenal karena sekolah saya dekat dengan sekolah Pamela..”
“ooh, begitu. Hmm. Tunggu sebentar yah,” jawabnya sambil masuk ke dalam.
“Nik, di luar ada yang nyari kamu. Katanya temanmu tapi tampangnya kok kayak berandalan. Kok kamu bisa temenan sama orang kayak gitu sih?” tanya bokapnya Pamela.
“oh, itu temannya teman,” kata Pamela berbohong. Tentu ia tak bisa menjelaskan kalau kenalnya karena sebelumnya pernah berboncengan naik motor dengan cowok itu.
“Tampangnya kayak berandalan gitu kok ya kamu bolehin datang ke rumah sih.”
“Hihi, iya ya Pi. Tampangnya kayak preman. Tapi dia bukan teman dekat Nonik sih, Pi. Cuman pernah ngobrol sekali aja,” kata Pamela tanpa berbohong namun juga tak menceritakan keseluruhannya.
“Lha trus, kenapa kok dibolehin datang. Dari penampilannya Papi sudah nggak suka.
“Soalnya dia maksa terus, pengin pinjam catatan Nonik. Sudah beberapa kali ditolak, tapi dia maksa terus, jadinya nggak enak dong Pi.”
“Hati-hati lho. Bisa-bisa dia suka sama kamu.”
“Ya biarin aja Pi.”
“Lho kok biarin gimana? Masa Papi biarin anak cewek Papi pacaran sama cowok kayak gitu. Jangankan pacaran, kamu temenan aja Papi sudah nggak suka.”
“orang suka masa nggak boleh Pi? Yang penting khan Nonik nggak mau sama dia.. Memang Papi kirain aku mau sama dia?” kata Pamela sambil merajuk.
“Ya udah. asal kamu hati-hati aja. Lagian ingat, kamu harus hati-hati dalam berteman. Jangan bergaul dengan orang sembarangan. Nanti apa kata saudara-saudara dan teman-teman Papi, kalo mereka tahu anak Papi berteman dengan anak berandalan. Dan karena kamu anak cewek, kalo mesti bisa menjaga nama baik kamu. Jangan sampai nama kamu rusak gara-gara temenan sama orang yang nggak benar. Mengerti? “
“iih, Papi mulai deh kuliahnya,” kata Pamela merajuk.
“Kamu dinasehati orang tua kok malah begitu jawabnya.”
“Soalnya Papi selalu deh, ngebedain anak cowok dan cewek.”
“Ya udah, cepat kamu temuin dia dan jangan lama-lama, kalo sudah selesai, segera suruh dia pulang.”
“oK, boss,” kata Pamela dengan agak kesal karena merasa Papinya mulai membedakan perlakuan dirinya dengan saudara cowoknya.
Tak lama kemudian, muncullah pembantu yang membukakan pintu dan menyilahkan Rido duduk di ruang tamu. gelorabirahi.com Wah, enak bener nih sofanya, malah lebih empuk dibanding ranjang di rumahnya. Maklumlah, karena ia memang orang kampung yang tak pernah merasakan sofa senyaman itu. Setelah beberapa saat, muncullah Pamela. ia memakai baju kaos berlengan warna putih tanpa krah dan celana selutut berwarna biru. Diam-diam Rido mengamati ukuran payudara Pamela yang nampak cukup menonjol di balik kaos putihnya. Serta tak lepas dari perhatiannya branya berwarna coklat tanpa tali di bahunya di balik kaosnya.
Wah, gila nih cewek. Begitu muncul langsung bikin gue ngaceng abis dah, katanya dalam hati. Memang tak salah kalau bokapnya Pamela nggak suka dengannya karena memang diam-diam ia memendam nafsu birahi terhadap putrinya yang masih polos dan perawan itu.
“eh, sori ya, nunggu agak lama,” kata Pamela.
“oh, nggak apa-apa kok.”
Mereka tak sempat ngobrol lama, karena beberapa kali bokap Pamela memanggilnya untuk urusan ini itu sepertinya untuk mengingatkannya untuk segera menyuruh tamunya pergi. Tak lama kemudian akhirnya ia pamit pulang sambil membawa buku catatan itu. Namun ia sempat melihat bagian atas dada Pamela dari balik kausnya yang sedikit terbuka saat ia sedang duduk dan membungkuk untuk menjelaskan catatannya. ah, lumayanlah, mampir beberapa menit bisa ngeliat gunung kembarnya, pikirnya.
Sejak saat itu, makin lama mereka jadi sering berjumpa, meski awalnya Pamela selalu mencoba mengelak. Dan tentu kebanyakan ketemuannya disaat sang bokap nggak ada. Malah Pamela jadi sering curhat dengannya tentang Papinya yang sibuk dengan bisnisnya dan lebih mementingkan saudara cowoknya dibanding dirinya. Hmm, bagus, semakin dekat menuju sasaran, pikirnya. Sebenarnya Pamela juga merasa kalau Rido belakangan ini jadi makin sering mendekatinya. Meski tahu kalau Rido tipe cowok berandalan dan adanya perbedaan yang besar diantara mereka, namun tak disangkal ia menyukai kepribadiannya yang macho dan apa adanya walau seringkali konyol.
Sehingga dalam hal tertentu (misalnya curhat tentang Papinya atau keluarganya) ia merasa bisa ngobrol lebih terbuka dengan Rido dibanding dengan teman dekatnya atau saudaranya. Karena terhadap mereka, ia harus menjaga citranya sebagai anak baik di keluarga. Sementara dengan Rido ia bisa lebih bebas bicara atau bertindak semaunya. Lagipula, tidak ada yang mengenal Rido. oleh karena itu, meskipun tahu kalau Rido adalah dari kalangan rendahan, namun ia tetap mau berhubungan dengannya. Kalau bokap tahu aku sering ketemu sama dia, bisa sewot dia, pikirnya. Hihihi. Membayangkan dirinya melakukan hal yang dilarang bokapnya dengan sembunyi-sembunyi membuatnya excited. ah, biarin aja, pikir Pamela, yang penting khan gue nggak ada apa-apa sama dia. Jadi sebenarnya gue nggak melanggar aturan, pikirnya.
Dan memanglah betul. Meski keduanya makin sering bertemu, namun mereka tak pernah pacaran. Karena Rido memang tak pernah mengungkapkan hal itu. Baginya hal itu bukan tujuan utamanya. Yang lebih penting adalah bagaimana caranya supaya bisa membuat Pamela yang polos tapi sexy itu bertekuk lutut kepadanya. Dan semakin lama ia makin percaya diri bahwa ia semakin dekat dengan mangsanya.
Naluri Rido memanglah betul. Karena belakangan ini semakin sering Pamela membayangkan kalau seandainya ia ingin melakukan hal gila-gilaan, ia akan melakukannya dengan Rido. apalagi citranya sebagai cewek baik-baik yang kontras banget dengan Rido yang cowok berandalan. Perbedaan yang kontras itu makin membuatnya excited. Tapi itu hanyalah berandai-andai saja. Karena ia masih sadar akan status dirinya sebagai seorang cewek baik-baik yang harus menjaga dirinya dan nama baiknya. Meskipun kadang timbul keinginan aneh untuk melakukan sesuatu yang ekstrem yang bertolak 180 derajat dengan citranya sebagai anak baik-baik sejak dari kecil dulu. Hal itu dipendamnya dalam-dalam di dalam hatinya.
Tanpa disadarinya hal itu ibarat pegas yang tertekan semakin kuat seiring dengan waktu. Dalam keadaan normal, di permukaan kelihatan tenang-tenang saja. Namun apabila sampai terlepas dari penahannya, pegas itu akan melesat dengan kuat dan cepat tanpa ada yang mampu menahannya.
—————————————————————————
Sore itu kembali Rido datang ke rumah Pamela. Pamela memakai kaus kuning tanpa lengan dan celana abu-abu selutut.
“Kok nggak kedengeran suara bokap. apa dia masih di kantor?
“Nggak. Sudah sejak 4 hari lalu ia pergi ke aussie menjenguk Ko andi (kakak Pamela) yang sekolah disana.”
“Wah jadi sendirian dong.”
“iya. Cuman sama si Mbok Minah doang. Nyebelin deh.”
Minah adalah pembantunya yang umurnya sekitar 50-an.
Saat itu mereka duduk bersebelahan. Diam-diam Rido memperhatikan dada Pamela.. Karena belahan kausnya agak rendah dan karena dia lebih tinggi dari Pamela, jadi ia dapat melihat belahan dadanya, terutama kalau lagi menunduk. Seketika ia jadi terangsang. apalagi tercium olehnya aroma tubuh Pamela yang harum.
“Ya udah, lupain aja. Khan sekarang ada gue,” kata Rido,
“Terus sekarang mau ngapain?”
“Terusin aja belajarnya. Masih ada yang mau lu tanyain ga?” tanya Pamela.
Memang sejak belakangan, Pamela jadi lebih sering menjelaskan matematika kepada Rido.
“oh, ya ada dong. Gue ada pertanyaan yang mau gue tanyain ke loe.”
“apa itu?”
“Kok hari ini loe tambah cakep dibanding biasanya?”
“ah, ngaco loe! Jangan ngomong sembarangan ah,” kata Pamela.
Memang kadang ia suka bercanda yang aneh-aneh atau ngomong hal-hal yang nggak jelas juntrungannya dengan Rido.
“iya bener. Gue serius nih. Belum pernah gue liat loe secakep ini,” kata Rido dengan muka serius.
“iih, gombal dah loe. udah ah jangan ngomong kayak gini lagi,” kata Pamela namun diam-diam ingin tahu apa kelanjutan yang bakal dilakukan Rido.
“Beneran! Ngapain gue bohong. Malah loe adalah cewek paling cakep yang pernah gue temuin,” kata Rido dengan wajah makin serius.
“Masa sih?”
“Dan nggak cuman itu, loe juga cewek paling menarik yang pernah gue tahu. Lihat nih, kulit loe halus,” kata Rido langsung memegang tangan Pamela. Melihat Pamela tak bereaksi apa-apa, ia jadi semakin berani.
“Dan muka loe juga halus,” kata Rido sambil mengelus pipinya,
“Pasti semua cowok pada tertarik sama loe.”
“omong2, loe tahu ga apa yang ada di pikiran gue sekarang?” kata Rido.
“iih loe ada-ada aja,” kata Pamela,
“udah ah jangan kayak gini,” kata Pamela lagi sambil berusaha melepaskan dirinya dari Rido.
Namun Rido tak menanggapi lagi ucapan Pamela, malah tiba-tiba ia merengkuh Pamela dan berusaha mencium bibirnya. Pamela kaget dengan reaksi mendadak Rido.. Karena gerakan Rido yang tiba-tiba dan ia tak bisa melawannya, mau tak mau ia membiarkan bibirnya diciumi Rido. ia berusaha berontak, namun malah Rido semakin bernafsu dengan ciumannya. Sampai-sampai dengan berat tubuhnya ia mendorong Pamela sehingga terbaring. Lalu dengan penuh nafsu Rido menciumi leher Pamela yang putih mulus. Setelah itu kembali ia mengunci dan melumat habis bibir Pamela sampai-sampai Pamela dibuatnya bernapas terengah-engah.
Tiba-tiba dengan kekuatan yang tak disangka-sangka Pamela mampu mendorong tubuh Rido sehingga ia terlepas dari sergapan Rido. Napas Pamela masih terengah-engah dan ia masih setengah terbaring, ketika tiba-tiba,
“plakkkk!!!”, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Rido. Ketika Pamela ingin menampar pipi Rido yang satunya lagi…namun kali ini tangannya berhasil ditangkap Rido.
“Jangan sembarang main tampar Non, sakit. Mending kayak gini deh,” kata Rido yang kemudian kembali mencium bibir Pamela, sepertinya ia ingin membalas tamparannya yang keras tadi.
Kali ini Pamela berusaha mengelak namun karena kalah tenaga dan ia dalam posisi yang kalah (ia dalam posisi terbaring sementara Rido duduk dan satu tangannya terpegang), lagi-lagi bibir Rido berhasil menyentuh bibir Pamela. Pamela berusaha meronta-ronta, sesekali ia berhasil melepaskan diri dari ciuman Rido, namun ia masih dalam posisi tertindih. akhirnya Rido melepaskan tangan Pamela dan kini kedua tangannya memegang kedua pipinya sehingga kini kepala Pamela tak bisa bergerak lagi. Lalu dengan bebasnya kini ia bisa memagut bibir Pamela sepuas hatinya. Bahkan bibirnya kini melumat habis bibir gadis yang ditindihnya itu. Mula-mula Pamela berusaha memberontak, kedua tangannya memukul-mukul punggung Rido.
Namun apa daya, rupanya Rido tak bergeming. Sepertinya pukulan-pukulan Pamela malah merupakan pijitan di punggungnya. Makin lama pukulan Pamela melemah, sampai akhirnya ia menghentikan sama sekali, entah karena menyadari kalau tidak ada hasilnya atau karena ia mulai merasakan nikmatnya ciuman bibir Rido. Sampai akhirnya tubuh Pamela melemas dan pasrah saja menikmati apa yang dilakukan Rido terhadapnya. Merasakan bahwa Pamela telah menghentikan perlawanannya, Rido juga melepaskan kedua tangannya dari pipi Pamela. Kini dengan bebasnya ia menciumi dan melumat habis seluruh bibir Pamela. Sementara Pamela kini ikut larut dalam irama permainan Rido dan sesekali terdengar lenguhannya.
Setelah puas menciumi Pamela, Rido melepaskan ciumannya. Pamela mendapat kesempatan untuk duduk. Lalu ia berkata,
“Yang loe lakukan tadi benar-benar brengsek! Loe benar-benar cowok brengsek!!”
Namun tak diduga-duga, setelah selesai mengatakan itu, tiba-tiba Pamela mencium bibir Rido dan melumatnya. Hal yang tak disangka-sangka ini tentu membuat Rido membalas lumatan Pamela. Sehingga kini keduanya dengan liar saling berciuman dan berpagutan di atas sofa yang empuk itu. Bahkan kedua lidah mereka beberapa kali saling bersentuhan. Beberapa saat setelah itu, tiba-tiba Pamela melepaskan dirinya dari Rido.
“Sebentar. Mending kita “belajar” di kamar gue aja yuk. Gue nggak mau ketahuan Minah,” kata Pamela. (Sebenarnya ia tak perlu takut ketahuan Minah, karena Minah berada di dalam kamarnya terus dan sama sekali nggak tahu akan perbuatan nona majikannya itu. Malah ia tidak tahu ketika Rido datang karena ia tertidur saat Rido datang).
Tapi yang jelas, memang lebih nikmat untuk melakukannya di dalam kamar. apalagi ranjang Pamela yang empuk dan berukuran besar. Dan lagi, bercinta dengan Pamela, anak gadis orang kaya di dalam kamarnya yang mewah, tentu merupakan sensasi tambahan bagi Rido. Tentu hati Rido jadi berbunga-bunga mendengar kata-kata indah itu. apalagi setelah mereka masuk, Pamela langsung mengunci kamarnya. Tentu itu adalah suatu isyarat yang tak perlu dijelaskan lagi maknanya. Kini hanya mereka berdua saja di dalam kamar yang terkunci rapat. Tak ada yang bisa mencegah apa yang akan dilakukannya. ia benar-benar mengagumi isi kamar itu. Semuanya tertata rapi dan mewah. Sementara ranjangnya ukuran king size yang empuk. Namun, ia tak mau lama-lama menghabiskan waktu mengagumi kamar Pamela, mending fokus ke penghuninya.
kisah sex 2016, kisah sex terbaru, kisah sex, kisah seks 2016, kisah seks terbaru, kisah seks, Gelora birahi gelora birahi
Kembali Rido mencium bibir Pamela. Pamela kali ini tidak menolak malah ia membalas dengan ciuman yang tak kalah hangatnya. Sejenak mereka berpagutan sambil melakukan french kissing, bibir bertemu bibir, lidah bertemu lidah. Setelah puas, lalu Rido menciumi leher Pamela sambil mengecup-ngecup. Karena terlalu bernafsu, Rido menekan tubuh Pamela sampai akhirnya ia tertidur ke atas ranjangnya. Kini dengan leluasa Rido menindihnya dan terus mengecup-ngecup leher Pamela bergantian kiri dan kanan. Sampai di lehernya membekas kemerahan bekas kecupan Rido. Setelah itu mulai tangan Rido bergerilya meraba-raba seluruh bagian tubuh Pamela, terutama paha dan dadanya. ia meraba dan meremas-remas dengan lembut kedua dadanya bergantian. Tak puas sebelum betul-betul meraba kulit tubuh Pamela, tangan Rido menuju ke pinggang, meraih sabuk yang dikenakan dan seketika melepaskannya.
Segera ia membuka retsleting celana Pamela dan meloloskannya sehingga nampaklah pahanya yang putih mulus dan celana dalamnya berwarna coklat muda menutupi bagian rahasianya. Tak puas dengan itu, ia membuka kaus kuning yang dikenakan Pamela. Tanpa perlawanan sama sekali, ia berhasil melakukan itu. Kini nampaklah di depannya tubuh Pamela yang putih mulus yang bagian-bagian terpentingnya masih tertutup. Bra-nya juga berwarna coklat muda yang coraknya sama dengan celana dalamnya. akan tetapi ini tak berlangsung lama.
Karena sesaat kemudian ia membangunkan Pamela dan tanpa basa basi lagi segera tangannya merengkuh punggung Pamela untuk melepaskan kait bra-nya. Sekali lagi, tanpa perlawanan, ia berhasil melakukan itu dan dengan agak terburu-buru ia menjauhkan bra tersebut dari tubuh Pamela, sehingga kini dengan bebasnya ia dapat melihat payudara Pamela. Hmm, sungguh indah. ukurannya 34c. Bentuknya sempurna dan kencang berdiri dengan tegaknya. Wilayah areolanya tidak terlalu besar namun putingnya menonjol. Kulit dadanya yang putih mulus kontras dengan kedua putingnya yang merah muda. Sementara Pamela dengan wajahnya yang innocent menatap dengan pasrah. Cerita Sex
Segera ia mencoba kekenyalan payudara Pamela itu. Kedua tangannya merengkuh kedua payudaranya, meraba-rabanya, dan meremas-remasnya dengan lembut. Hmm, benar-benar kenyal dan padat. Benar-benar masih segar dan muda. Tubuh gadis usia belasan tahun sungguh berbeda dengan janda berumur 30-an tahun. apalagi gadis ini bukanlah gadis biasa namun dari keluarga berada yang rajin merawat tubuhnya dari sejak kecil. Ditambah pula belum pernah sebelumnya ia beginian dengan cewek yang sekelas Pamela ataupun dengan cewek berwajah oriental dan berkulit putih seperti ini. Sungguh semuanya ini adalah sensasi yang sungguh nikmat bagi Rido. Membuat hormon kejantanannya bereaksi dengan kuatnya dan membuatnya merasa lebih macho. Sementara itu, tindakan Rido yang meraba-raba payudaranya ini juga membuat Pamela terangsang.
Bagaimana pun, ia adalah gadis normal yang tentunya menjadi terangsang dengan sentuhan-sentuhan erotis seperti itu dari seorang cowok. apalagi cowok macho seperti Rido yang tak mengenal sopan santun. ia mulai mendesah-desah ketika Rido meraba-raba dan meremas-remas payudaranya yang sungguh kencang, kenyal dan padat berisi. Rido segera menyambutnya dengan ciumaan di bibirnya yang juga dibalas oleh Pamela. Pamela jadi makin terangsang, lebih-lebih lagi ketika jari-jari Rido bergeser-geser diatas putingnya. Karena putingnya sangat sensitif dan payudaranya adalah titik nyala seksnya.
Setelah beberapa saat Rido melakukan ini, kini tanpa dapat dicegah vaginanya menjadi basah oleh cairan. Beberapa saat lamanya Rido menikmati bibir dan payudara Pamela. Sementara Pamela juga menikmati sentuhan-sentuhan kurang ajar (tapi sungguh nikmat) dari Rido terhadap dirinya. Setelah itu Rido melepaskan tangannya dan menuju ke celana dalamnya. Sekali lagi, tanpa basa basi lagi, ia menurunkan celana dalam coklat tersebut menuruni paha, lutut, kaki bagian bawah, sampai telapak kaki, dan akhirnya ia melemparkan ke lantai. Hal itu dilakukan tanpa ada perlawanan sama sekali dari Pamela. Sepertinya diam-diam ia juga mengharapkan Rido melakukan hal itu..
Seluruh baju yang semula dikenakan Pamela kini nampak berserakan di lantai. Dari sabuk, baju atasan, celana luar, bra, dan juga cd-nya. Pandangan Rido kini terfokus ke vagina Pamela. Bulu-bulu kemaluannya termasuk lebat apalagi kalau diingat bahwa cewek itu masih muda, umurnya antara 17-18 tahun. Sungguh tak disangka-sangka bahwa Pamela, cewek dengan tampang polos dan innocent itu ternyata mempunyai bulu kemaluan yang lebat. Vaginanya yang kemerahan nampak rapat. untuk dapat melihat vaginanya dengan lebih jelas, Rido sengaja membuka kedua kaki Pamela lebar-lebar. Nampak terlihat vaginanya yang masih tertutup rapat serta klitorisnya. Vaginanya berwarna kemerahan segar, dibawah bulu vaginanya yang lebat. Dan Pamela membiarkan Rido melihat vaginanya tanpa berusaha menutup kedua kakinya.
Sepertinya kini Pamela telah pasrah dan urat malunya telah putus dihadapan Rido. ia membiarkan saja apa pun perlakuan Rido terhadapnya. Setelah itu giliran Rido membuka seluruh pakaiannya. Pamela nampak kaget saat melihat penisnya. Karena selain ia tak pernah melihat penis cowok dewasa sebelumnya. Dan juga karena penis Rido kini berdiri dengan tegaknya. Warnanya nampak lebih hitam dibanding kulit tubuhnya. ukurannya pun cukup besar dan nampak berurat berdiri tegak. Nampak lekukan di leher penisnya dan kepalanya yang disunat terlihat lebih besar dibanding dengan badannya.
Rido tak memberi kesempatan Pamela lebih lama untuk melihat penisnya, karena ia telah terbungkus oleh nafsu birahi yang menggelora menyaksikan tubuh putih mulus Pamela yang telanjang bulat. ia menindih tubuh Pamela dan menciumi bibirnya. Bibirnya merasakan nikmatnya bibir Pamela, dadanya yang hitam namun tegap menempel ke payudara Pamela yang padat berisi dengan putingnya yang kemerahan. Sementara penisnya menempel di bulu-bulu vagina Pamela yang lebat, seakan bagaikan bantal empuk yang menyangga penisnya yang menegang sangat keras itu. Dan sebagian buah pelirnya menempel ke lubang vagina Pamela.
Kedua tangan Pamela yang putih memeluk punggung Rido seolah tak ingin melepaskannya. Sejenak sepasang cowok dan cewek muda yang berbeda segalanya itu saling memagut, saling meraba dan merangsang bagian-bagian sensitif lawan jenisnya. Nampak kontras perbedaan fisik mereka. Pamela yang putih halus ditindih Rido yang hitam legam. Pamela yang berambut lurus sementara Rido berambut keriting. Pamela yang cantik, Rido yang jelek rupanya. Pamela yang berwajah polos innocent, Rido yang berwajah berandalan. Rido kembali bergerilya ke tubuh Pamela, kali ini dengan menggunakan mulutnya. ia mulai mengecupi leher dan kedua pundak Pamela. Namun yang menjadi sasaran utamanya adalah payudaranya, karena ia ingin merasakan nikmatnya rasa payudara cewek putih mulus ini.
Mula-mula dikecupinya bagian pangkal payudaranya, setelah itu bergerak makin ke atas sampai akhirnya sampai di putingnya. Kedua putingnya yang kemerahan membuat gemas dirinya. Segera dikecupinya, dikenyot-kenyot dan dijilat-jilat, awalnya lidahnya melingkar-lingkar di sekeliling putingnya, kemudian benar-benar kedua putingnya yang dijilat-jilat oleh gerakan lidah Rido yang lincah itu sambil sesekali diselingi oleh kecupan-kecupan hangat. Kehangatan kecupan Rido yang menyedot-nyedot putingnya dan kelincahan lidah Rido yang memainkan kedua putingnya, menggerak-gerakkannya kesana kemari, membuat Pamela menggelinjang kegelian. Membuatnya jadi makin terangsang. Tanpa sadar ia mengeluarkan suara mendesah-desah dengan cukup keras, “ohhh ahhhhh ahhhhhh”, yang membuat Rido makin bernapsu memainkan payudaranya. Sementara vagina Pamela jadi basah kuyup dibuatnya.
“ahhhh, ahhhhhhh, emmhhhhhh”, desah Pamela sambil kedua tangannya memeluk erat tubuh Rido dan tanpa sadar membuka kakinya lebar-lebar dan mendesak-desakkan vaginanya ke badan Rido.
Rido yang mengerti akan body languege Pamela segera memulai gerilyanya ke bawah. Mula-mula dikecupinya pahanya terutama bagian pangkalnya. Setelah itu tangannya bergerak ke tengah menuju ke antara kedua pahanya. Vaginanya diraba-raba, klitorisnya sengaja digesek-geseknya.
“ohhhhh, Rido, ohhhhhhhh, ohhhhhhhhh”
Rido merasakan tangannya yang jadi berlendir. Dalam hati ia tersenyum gembira. Rupanya cewek ini sudah terangsang hebar sehingga tidak mempedulikan hal-hal lainnya. Namun ia tidak langsung melakukannya. Toh tinggal masalah waktu saja, pikirnya. Lalu ia menjilati vaginanya, menyedot-nyedotnya, dan memainkan lidahnya di sekitarnya. Sampai lalu ia menjilati klitorisnya yang tentu saja membuat vagina Pamela jadi makin basah kuyup. ia tidak selalu mau berbuat begini. Namun terhadap Pamela yang putih bersih ini, ia sama sekali tak keberatan melakukan itu. apalagi ia punya dugaan kuat kalo Pamela masih perawan. Sementara tangan Rido tak mau ketinggalan segera merengkuh payudara Pamela, meremas-remasnya dan kembali memainkan jari jemarinya ke kedua putingnya.
“ahhhhh, ahhhhhhh, ohhhhhh, aaahhhhhhhhhhhhh.”
Tubuh Pamela jadi menggelinjang-gelinjang kenikmatan. Akhirnya Rido menghentikan aksinya. ia membuka kaki Pamela lebar-lebar. Rupanya ia telah siap dengan hadiah utamanya. Kemudian ia memposisikan penisnya ke antara kedua paha Pamela. Sementara Pamela telah sangat terangsang sehingga ia sudah tidak peduli lagi dengan apa yang akan dilakukan Rido. ia telah pasrah total dengan apapun yang dilakukan Rido.
Melihat gayung bersambut, segera Rido menempelkan penisnya ke mulut vagina Pamela. Dan kemudian mendorong dirinya ke depan, memasukkan penisnya ke dalam vagina Pamela. uggh, sempitnya. Namun dengan dorongan yang kedua yang lebih kuat sebagian kepala penisnya berhasil masuk ke dalam. Dorong sekali lagi, kini seluruh kepala penisnya amblas ke dalam vagina Pamela. Dan, Bleessh. Sekali dorong lagi memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Pamela. Setelah berhasil memerawani Pamela, lalu, cleeb, cleeeb, cleeeb, dengan gaya missionaris segera ia memaju mundurkan penisnya, mengocoknya di dalam vagina Pamela, merasakan jepitan vagina Pamela yang sempit.
Tubuh Pamela yang putih mulus ditindih dan dikocok-kock oleh Rido yang hitam dan kasar, sementara kedua tangan Pamela yang putih memeluk punggung Rido yang hitam. Payudaranya bergerak berputar-putar akibat kocokan Rido. akhirnya Rido merasa gemas juga untuk meremas-remasnya. Pamela jadi meracau tak karuan ia sudah lupa segalanya. Sungguh ia menikmati penis Rido yang menembus keperawanannya dan mengocok vaginanya . Dan, inilah kelakuan cewek yang terkenal “alim” itu yang masih kelas 2 SMU!! Setelah petting yang dilakukan sebelumnya, rupanya tak perlu waktu lama lagi buat Rido untuk membuat Pamela orgasme. Tubuh Pamela jadi menggelinjang-gelinjang. Sementara Rido mengocoknya terus beberapa saat dengan irama yang tetap. Tubuh Pamela berguncang-guncang. Payudaranya jadi bergerak berputar-putar mengikuti arah maju mundur hunusan penisnya. Sampai akhirnya tanpa dapat dicegah lagi,
“oHhhhhhhh, aahhhhhhhh, ooohhhhh, yesssssss, ahhhhhhhhhhhh, Ridooo, ahhhhhhhhhhhhh”
Pamela mencapai orgasmenya. Sementara Rido tetap terus mengocok penisnya, membiarkan Pamela menikmati turunnya ritme setelah puncak orgasmenya sambil ia merasakan nikmatnya jepitan liang vagina Pamela yang sempit. Setelah Pamela jadi mulai tenang, segera Rido menghentikannya dan menarik penisnya keluar. ia masih belum selesai dan belum cukup puas menikmati Pamela yang baru saja diperawaninya dan dibuatnya orgasme itu. ia melihat adanya sedikit darah dari vagina Pamela.
Sungguh bangga hatinya karena berhasil menikmati keperawanan gadis cantik dengan tampang innocent itu. Setelah itu kembali ia “menghajar” tubuh mulus Pamela dengan menyetubuhinya ala doggy style. Penisnya yang gagah menembus maju mundur liang vagina Pamela. Membuat seluruh tubuh Pamela terguncang keras dan payudaranya bergerak-gerak dengan lebih hebat lagi. Kini malah seluruh ranjang jadi ikut bergoyang-goyang.
“ahhh, ahhhhhhhhhhhh, ahhhhhhhhhhhh,” Pamela mendesah-desah.
Lalu berganti posisi, ditelentangkan Pamela di atas ranjang dan diangkatnya kedua kakinya ditaruh di pundaknya sendiri. Kemudian dimasukkan penisnya ke vagina Pamela dan dikocok-kocoknya di dalamnya. Rido ingin Pamela memainkan penisnya. Digunakan tangan Pamela yang mungil meraih batang penisnya Rido, mulai dari buah zakarnya sampai ke ujung kepala penisnya. Rupanya cewek ini walaupun pemula namun cukup “berbakat” untuk hal kayak ginian. Terbukti tak lama kemudian jari-jemarinya bergerak sendiri dengan cekatan mengelus-elus dan memijit-mijit seluruh bagian penis Rido. Sepertinya ia sangat menyayangi penis Rido yang hitam besar yang sebelumnya telah memberikan kepuasan tiada tara kepadanya.
Jari-jarinya yang halus dan mungil kini bergerak-gerak disekelilin leher penis Rido, dilanjutkan dengan ibu jari dan telunjuknya yang meraba-raba kepala penis Rido yang membesar dan tak disunat itu. Kemudian ia mengocok-ngocok dengan tangannya, meremas-remasnya, sampai-sampai membuat Rido menahan supaya tidak keluar. Tak puas dengan itu rupanya Rido ingin supaya Pamela, yang beberapa saat sebelumnya masih perawan itu, untuk meng-oral penisnya. Namun sebelum itu, dijepitnya penisnya diantara payudara Pamela. Digosok-gosok penisnya di tengah-tengah dada kenyal Pamela. Digerakkan maju mundur di antara dua bukit itu. Setelah itu, didekatkannya penisnya yang basah ke dekat mulut Pamela.
Mula-mula Pamela menolaknya. Namun Rido tetap menyuruhnya untuk “mencobanya”,
“anggap aja seperti jamur” katanya sambil mengelus-elus rambut Pamela. akhirnya Pamela mau juga mengulum “jamur yang hitam besar itu”. Dan rupanya, ia tak perlu terlalu lama diajari urusan seperti ini. Membuat Rido merasakan kenikmatan luar biasa saat penisnya dikulum di dalam mulut gadis berwajah oriental itu. Lidahnya di dalam mulut dengan lincahnya bermain-main di sekitar leher penis Rido. Tampangnya yang innocent dengan polosnya menatap Rido, sementara mulutnya sedang asyik mengulum penis Rido yang sebelumnya telah menembus vaginanya untuk pertama kali dan memberikan orgasme kepadanya.
Sementara kedua tangan Rido tak mau menganggur, segera meremas-remas buah dada Pamela. Sehingga keduanya saling merangsang satu sama lain.
Wajah Pamela yang innocent dengan polosnya menatap Rido ketika mulut dan lidahnya sibuk memainkan penisnya. Sungguh kontras sekali pemandangan itu! Sehingga menggemaskan hati Rido. Sampai akhirnya ia tak bisa menahan lebih lama lagi. Dengan memberi isyarat kepada Pamela untuk mengocok penisnya dengan tangannya di luar mulutnya, akhirnya tak lama kemudian:
“Crrooot, crooottt, croooot…”
Dengan perasaan penuh kepuasan, muncratlah sperma Rido dalam jumlah yang banyak. Sebagian besar mengenai wajah Pamela, sebagian lagi ke rambutnya yang dicat kepirangan. Sehingga wajah Pamela kini jadi belepotan dibuatnya. Namun Pamela dengan patuh terus mengocok penis Rido sampai seluruh spermanya habis keluar. Sebagian spermanya mengalir ke bawah membasahi leher dan dada Pamela. Sesaat setelah “pertempuran” itu, mereka berdua nampak berbaring dengan napas masih terengah-engah.
Hati Rido penuh rasa puas karena akhirnya berhasil memerawani Pamela di dalam kamar tidurnya sendiri. Sementara Pamela, meskipun tak menduga kalau bakal sampai terjadi sejauh ini, namun tak dapat disangkalnya bahwa malam itu ia mendapatkan kepuasan luar biasa dari Rido. Pada saat itu Rido sedang membelai-belai rambut Pamela dan tangan yang satunya meraba-rabai payudara Pamela. Tiba-tiba HP Pamela berbunyi. Karena masih rada kecapean, awalnya Pamela enggan mengangkatnya. Namun karena HP-nya berbunyi terus menerus, dengan terpaksa ia mengangkatnya. Kisah Sex
“Halo.”
“Halo Nik, ini Papi. Papi pulang hari ini. Sekarang lagi mampir beli bihun goreng di restoran XXX (restoran di deket rumah mereka), kamu mau nitip apa?”
“Lho! Kok Papi sudah pulang? Bukannya harusnya pulangnya hari Minggu?”
“iya soalnya tadi pagi customer Papi telpon, meeting-nya diubah besok. eh, kok napas kamu ngos-ngosan sih Nik?”
“i-iya Pi, lagi asyik treadmill nih, trus Papi telpon.”
“ooh, makanya tadi nggak diangkat-angkat. Kirain lagi mandi tadi. Gimana, mau nitip makanan nggak?”
“ehhm, boleh deh. Kwetiauw goreng deh Pi. Pake telor ya.”
“oK deh. Papi beliin. Bentar lagi juga nyampe rumah kok.”
“oK deh Pi. Byee.”
“Bye.”
“Wah, gawat. Papi sudah mau nyampe rumah. Yuk, kita mesti buruan beres-beres,” kata Pamela sambil buru-buru mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai dan wajah serta dadanya masih dibasahi sperma Rido.
“Tunggu dulu. Kita mesti bicara dulu. Sorry ya atas perbuatan gue tadi. Gue bener-bener lupa daratan.”
“ah, udahlah. Sudah kejadian kok, mau diapain lagi.”
“Loe nggak marah sama gue?”
“Kenapa mesti marah? Lagian..lagian, gue tadi juga mau kok,” kata Pamela sambil mukanya memerah.
“Jadi kalo gitu, ntar kapan-kapan mau lagi donk?”
“iiih, elu malah ngelunjak ya,” kata Pamela yang mukanya makin memerah.
“eh, gue nggak nyangka lu bisa jadi cewek brengsek juga,” kata Rido menirukan kata-kata Pamela sebelumnya.
“idiih, elu deh,” kata Pamela sambil memerah mukanya,
“ini semua gara-gara loe, tahu.”
“awas, lu jangan bilang siapa-siapa ya.”
“Siip deh, asal jangan lupa “iuran hariannya” aja.”
“iiih, elu dech.., kata Pamela kehilangan kata-kata.
Namun tiba-tiba Pamela tersadar kembali.
“eh, yuk kita mesti cepat-cepat beres-beres dan keluar. entar keburu Papi datang. Kalo ketahuan Papi bisa gawat deh,” kata Pamela sambil mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai satu persatu.
“Loe kalo mau bersihin muka buruan deh. ayo cepat, kita mesti ke luar sebelum Papi datang,” kata Pamela lagi.
“oK.” Kata Rido mengiyakan. ia juga tak mau tertimpa masalah kalau sampai bokap cewek yang baru diperawaninya itu tahu apa yang barusan dilakukan terhadap anak gadisnya. Bisa berabe ntar gue, pikirnya. ia lalu membersihkan dirinya dan buru-buru mengenakan pakaiannya sambil matanya tak lepas memandangi Pamela yang buru-buru mengenakan pakaiannya lagi. Sepertinya matanya ingin menikmati keindahan tubuh Pamela sampai saat-saat terakhir.
———————————————————————————–
Tak lama kemudian, kedua orang itu telah keluar dari kamar dan Pamela menyuruh Rido duduk di ruang tamu sementara dia akan mandi dulu supaya tampangnya kembali segar.
“Bi Minaaah!”
Tak ada jawaban.
“Bi Minaaaah!”
tak ada jawaban.
“Bi Minaaaaah!”
“iya, iya Non. ada apa?”
“Lama bener sih. Lagi tidur ya? Bi, ada tamu datang. Tolong suguhkan minuman. aku mau di kamar dan mandi dulu.”
“Baik Non.”
Nah, ini adalah strategi Pamela. Mulanya ia ingin menyuruh Rido langsung pulang, sebelum Papinya datang. Namun hal itu dibatalkannya, karena ia tidak tahu kapan saat Papinya datang. apalagi rumah makan yang didatanginya sudah dekat dengan rumahnya. Kalau sampai berpapasan dengan Rido yang meninggalkan rumah itu, tentu akan menimbulkan kecurigaan. Kemana lagi Rido di daerah situ kalau nggak mampir ke rumahnya. Sejak kapan Rido datang? Padahal sebelumnya ia bilang sedang treadmill. Lebih baik diatur seolah-olah ketika ia sedang treadmill, Rido datang. Sementara Rido menunggu di ruang tamu, ia mandi dulu sehabis threadmill. Habis itu baru ia menemui Rido. Pada saat itu, sudah tidak menjadi masalah lagi apakah Papinya sudah datang ataupun belum. apalagi sekarang dia ada “saksi” Bi Minah yang menyuguhkan minuman kepada tamu yang “baru datang.” inilah akal bulus Pamela. Tak salah kalau ia termasuk salah satu siswi cerdas di sekolahnya. Karena memang otaknya encer dan banyak akal bulusnya.
Dan ternyata, persis seperti perkiraan Pamela, tak lama setelah Pamela masuk ke kamar mandi, Papinya datang. Mula-mula ia heran melihat motor butut di halaman depan, namun Bi Minah menerangkan kalau itu motor teman Pamela yang baru datang. Sementara Pamela sekarang sedang mandi saat ia menyuguhkan minuman buat tamunya yang baru datang. ia sebenarnya kurang senang melihat Rido, namun tetap menyapanya sebagai basa-basi.
“ooh, baru datang ya? ayo silakan diminum dulu.”
“Makasih oom. oom baru datang juga ya?”
“Saya baru sampai dari australia. Kamu sudah makan?”
“Belum oom.”
“Kamu tunggu disini dulu ya. Pamela masih sibuk di dalam. Tapi dia sudah tahu kok kalo kamu datang. Nanti kalau urusannya sudah selesai, dia pasti keluar nemuin kamu. Sorry ya, oom sudah lapar, mau makan dulu.”
Dalam hati ia membatin,
“Rasain lu, ngapain malam-malam kesini. Sekarang siap-siap aja nunggu lama disini. Belum tahu kalo Pamela itu mandinya lama banget. Biar kapok lu supaya jangan kesini lagi.”
“oh, silakan oom. Nggak apa-apa saya tunggu disini. Lama juga nggak masalah..”
Dalam hati Rido membatin,
“Lagi sibuk apaan sih? Hehehe, pasti lagi sibuk bersihin mukanya yang barusan gue semprot ama peju”.
Tak lama kemudian, keluarlah Pamela dengan wajahnya yang innocent dengan senyum manisnya. Rupanya ia barusan mandi dan keramas. ia memakai t-shirt berkerah warna biru tua dengan rok bawahan warna putih.
“eh, Papi udah datang.”
“iya. Makanannya ada di meja tuh. oh ya, ada temanmu tuh di depan. udah lama nunggunya.
“Sorry ya, lama nunggunya.”
“oh, nggak apa-apa kok,” kata Rido sambil mengedipkan matanya. Melihat Pamela dengan wajah segar dan baju baru dengan dadanya yang menonjol membuatnya jadi ngaceng kembali. Namun kini ia boleh berbangga diri karena barusan ia telah menjadi saksi hidup betapa indahnya payudara yang menonjol di balik t-shirt birunya. Dan betapa nikmatnya bercinta dengan cewek cakep dan sexy yang ada di depannya ini.
“Nik, kamu mau makan jam berapa? Teman kamu apa mau dibeliin makanan juga?”
Rido membatin,
“Sialan, mau ngusir secara halus, pake basa-basi segala. Kalo memang mau beliin makanan kenapa ga dari tadi-tadi? Tapi sialan, kenapa sih loe pulang cepat? Kalau nggak khan gue bisa dapet ronde kedua.”
“Makasih deh. Nggak usah repot-repot oom. Saya sudah mau pulang. Badan saya agak cape, soalnya dari tadi naik turun bukit dan menerobos gang sempit”.”
“Soalnya rumah kamu jauh ya dan masuk gang pula. untung saja motor kamu nggak mogok.”
“oh kalo itu pasti nggak deh oom. Soalnya gitu-gitu “motor” saya kuat lho oom.”
Batin Rido,
“Sekarang loe kaga ngerti khan apa yang gue maksud. Heheheheheh.. Kalo pengin tau, tanya tuh sama anak cewek loe. Dia barusan udah ngerasaain kuatnya “motor” gue.”
“Biiik, tolong bukain pintu. Tamunya Nonik sudah mau pulang.”
Batinnya,
“akhirnya pulang juga loe.”
“Permisi oom, saya pulang dulu.”
“Pamela, yuk gue pulang dulu. Thank you banget ya”, katanya sambil mengedipkan matanya.
Tak lama kemudian melajulah Rido dengan motor bututnya di jalan, dengan naik turun bukit dan menerobos gang sempit. Kali ini dalam arti sebenarnya. Sementara itu Pamela dan Papinya asyik menikmati makanannya. Kembali Papinya menguliahinya supaya tidak bergaul apalagi sampai pacaran dengan Rido.
“Malam-malam kesini. Papi yakin dia ada maunya sama kamu, Nik. Jangan sampai anak Papi pacaran sama berandalan kayak gitu.”
Dalam hati Pamela membatin,
“ah, sudahlah, jangan banyak kasih petuah. Memangnya aku nggak tahu kalo Papi punya simpanan di luar.”
Namun ia tidak mengungkapkan hal itu. ia cuma berkata,
“iya, iya, Pi.. Nonik sudah tahu. Papi nggak usah kuatir, nonik nggak bakalan mau pacaran sama dia.”
Lalu Papinya melanjutkan lagi,
“iya, Papi juga tahu itu. Tapi bagaimana pun, kamu mesti hati-hati lho, Nik. Kadang orang bisa berbuat nekat. Dan kalau sampai ada apa-apa, yang rugi juga kamu sendiri. Soalnya kamu khan cewek. Mending jangan temenan atau ketemu sama anak itu lagi. Mengerti?”
“Yah, kalo itu sih udah telat, Pi. Tapi aku nggak merasa rugi kok,” kata Pamela di dalam hati.
–
Epilog
Keesokan paginya…
Pagi itu seperti biasanya, dengan wajah ceria Pamela turun dari mobil dan masuk ke kompleks sekolahnya. Seperti biasa, beberapa murid cowok yang melihatnya segera menyapanya, yang tidak berani menegurnya hanya mencuri-curi pandang ke arahnya. Semuanya tertarik oleh daya tarik cewek yang berwajah cakep innocent itu. Namun ia tak bisa berlama-lama berbincang-bincang, karena ia harus mengebut meneyelesaikan PR matematika yang harus diserahkan hari itu.
Beruntung baginya, matematika adalah jam pelajaran yang terakhir. Sehingga ia bisa mengerjakannya pagi itu sebelum kelas dimulai dan juga waktu jam istirahat. Seharusnya ia mengerjakan semuanya kemarin. Namun saat ia sedang mengerjakannya setengah jalan, tiba-tiba Rido muncul yang setelah itu membuatnya “sibuk dengan hal yang lain”. Setelah semuanya itu berakhir dan Papinya mendadak pulang, ia jadi nggak konsen lagi buat mengerjakan PR. Hari itu tidak ada seorang pun di sekolahnya yang mengetahui adanya perbedaan di dalam diri Pamela dibanding hari sebelumnya, yaitu bahwa ia sudah bukan perawan lagi.
Tidak ada seorang pun yang mengira hal itu, bahkan di dalam fantasi mereka yang paling liar sekalipun. Bagi mereka, Pamela adalah gadis yang cakep, innocent, cerdas, bla-bla-bla…. Hanya Pamela sendiri dan Rido – cowok yang memerawani dirinya – lah yang tahu, bahwa usia 17 tahun bagi Pamela adalah usia dimana ia kehilangan keperawanannya. Buat Pamela, Seventeen is the age of innocence, ehmmm…or maybe not, depending on who you ask.
BANDARPOKERONLINE | DOMINOQQ | AGENDOMINO | CAPSA | ADUQQ |SAKONG
0 komentar:
Posting Komentar