Cerita Sex Dewasa Hot merupakan situs kumpulan berbagai cerita dewasa dan foto bugil terlengkap

RatuQQ

Senin, 02 Oktober 2017

Melayani Tante Lita Yang Hyper Sex


Kejadian hubungan saya dengan Tante Lita sudah lewat hampir 1 bulan, dan selama itu pula kami tidak pernah lagi melakukan hubungan badan. Dalam pikiran saya, mungkin Tante Lita sudah menyadari kekhilafannya, dan saya juga harus bisa melupakan kejadian tersebut dan menganggap kalau kejadian itu tidak pernah terjadi. Karena pada dasarnya saya juga merasa malu pada diri saya sendiri, tapi dilain pihak saya juga merasakan nikmatnya persetubuhan kami. Mungkin perasaan ini jugalah yang ada di dalam hati Tante Lita.

Seperti biasanya, saya kalau sedang bernafsu sering saya lampiaskan pada film porno dan tentu saja akan berakhir dengan onani. Kalau setiap habis menonton film porno, saya sering membayangkan sangat ingin menikmati tubuh Tante Lita kembali.

Pada suatu sore, ketika saya sedang menikmati film porno dan sedang dalam tahap sangat ingin melakukan hubungan seks, (mungkin seseorang kalau sekali sudah merasakan nikmatnya hubungan seks, akan sulit untuk melupakannya) tiba-tiba berdering telepon dan tentu saja membuatku terhentak seketika dan dengan sedikit mengomel saya bangkit dan menjawab teleponnya (pembaca dapat merasakan kalau kita sedang menikmati sesuatu, terus ada hal yang mengganggu). Dengan berat saya menjawab,

“Halo.., mau cari siapa..?” Lalu terdengar suara seorang wanita, “Saya ingin mencari Endy, Endynya ada..?” Dengan sedikit rasa ingin tahu, saya jawab, “Yah, saya Endy, disana siapa yach..?” Kemudian terdengar suara yang agak genit tapi sangat merangsang, “Hayo.., sudah lupa yach sama saya, padahal belum juga satu bulan..!” Hati saya langsung berdebar-debar, lalu saya bertanya kembali, “Disana Tante Lita yach..?” Dan terdengar suara,

“Emangnya kamu pikir sapa, sembarangan aja..!” Lalu saya pun berkata, “Ada keperluan apa Tante..?” Dengan pelan tetapi agak kesal, Tante Lita berkata,
“Kamu kayak nggak tau aja, rumah tante lagi sepi nih, selain itu tante lagi pengen nih, kamu bisa khan nolongin tante..?” Dengan sedikit jahil saya bertanya lagi, “Nolongin apa tante..?” Tante Lita yang mungkin sudah kesal sekali, lalu berkata, “Kamu ini bodoh atau pura-pura bodoh sich, udah hampir satu bulan nich.. apa kamu nggak ingin kenikmatan kayak waktu itu..?” Dalam hati, tentu saya saja saya sudah sangat berharap karena selain rangsangan dari film porno yang saya tonton, saya juga tidak merasa puas akan onani yang saya sering lakukan. Lalu saya berkata,

“Tante tunggu yach, saya segera kesana, paling cuman 10 meLitan.” Dan Tante Lita menjawab, “Yach udah.., cepatan yach, tante tunggu nih..!” Dalam 10 menit, saya sudah tiba di rumah Tante Lita, dan ternyata Tante Lita sudah menunggu saya di depan rumahnya, terlihat Tante Lita memakai setelan piyama. Lalu kami pun masuk ke dalam rumah dengan nafas terengah-engah. Saya berkata, “Tante ini bikin capek saya aja..!” Dan dengan agak manja, Tante Lita berkata, “Masak gitu aja capek, tapi kamu juga dapat enaknya khan, kamu ini juga kok masih juga panggil tante, khan udah dibilang panggil aja dengan Lita, gimana sech..!” Dengan tertunduk saya berkata, “Iya juga sech, saya lupa tante.. eh.. Lita maksud saya.”

Lalu saya masuk ke dapur dan mengambil minum. Tante Lita pun menyusul saya masuk ke dalam. Sesudah meminum habis air dalam gelas, saya segera menarik Tante Lita dan memeluknya. Dengan manja Tante Lita berusaha untuk melepaskan peluksan saya, tapi saya segera mendaratkan ciuman saya ke bibirnya. Tante Lita terlihat sangat menikmatinya dan mulai membalas ciuman saya dengan mengigit pelan lidah saya, tapi saya juga berusaha membalas ciumannya.

Kami berciuman hampir 3 menit, lalu saya melepaskan ciuman saya dan bertanya, “Nit, saya bole nanya nggak..?” “Yach.., nanya aja, emang kenapa..? jawab Tante Lita. Lalu saya berkata kembali, “Kalo bole tau, kamu pake celana dalam warna apa hari ini..?” Dan Tante Lita berkata, “Eh kamu.. memalukan, masak nanya hal yang gituan..?” Saya berkata lagi, “Masak nggak bole sich..?” Tante Lita berkata, “Yach udah.., kamu lihat aja sendiri..!” Lalu tangan saya mulai bergerilya di sekitar wilayah pinggang ke bawah dan dengan pelan saya mulai membuka celana piyama nya dan telihat kalau Tante Lita memakai CD warna putih dan terlihat bayangan kehitam-hitaman di sekitar lipatan kakinya.

Lalu Tante Lita berkata, “Nah udah tau khan, kok masih diam aja, kayak ngak pernah gituan aja..!” Dengan tersenyum saya lalu mengendong Tante Lita segera menuju kamarnya. Tante Lita berkata, “Kamu ini kok nggak sabaran sech..?” Sampai di kamarnya, saya membaringkan Tante Lita ke ranjang dan segera membuka pakaian serta celana saya, sehingga saya hanya tinggal memakai CD. Sedangkan terlihat kalau kemaluan saya sudah menegang. Lalu saya segera mencium bibir Tante Lita, sedangkan tangan saya mulai aktif bekerja meremas payudara Tante Lita. Kemudian saya pun membuka baju Tante Lita, sehingga tampaklah payudara Tante Lita yang masih terbungkus oleh BH yang berwarna putih juga (dalam pikiranku mungkin BH dan CD Tante Lita adalah satu set, sehingga tampak sangat serasi).

Lalu tangan saya mulai bergerak ke belakang untuk mencari kait dan membuka BH-nya tante, tapi dengan tersenyum Tante Lita berkata, “Ini model baru Ndy.., kaitnya terletak di depan.” Dan tangan Tante Lita sendiri yang melepaskan kait BH-nya, sehingga tampaklah oleh saya payudara Tante Lita yang masih kencang. Saya segera menenggelamkan wajah saya ke dalam payudaranya. Dengan gerakan meremas dan mulut saya menghisap putingnya, Tante Lita mulai terangsang, ini terlihat dari erangan Tante Lita. “Uuh.. enak sekali.. terus Ndy.. ehmm..”

Lalu tangan saya mulai bergerak ke bawah, masuk ke dalam celananya dan mulai menyentuh bagian di sekitar selangkangannya, meskipun hanya dari luar celana dalamnya. Lalu tante berkata dengan sedikit tertekan, “Ndy.. tante nggak tahan lagi nih..!” Tanpa berpikir panjang lagi, saya segera melepaskan celana sekaligus CD Tante Lita, karena nafsu saya juga telah memuncak. Lalu terlihatlah kemaluan Tante Lita yang ditumbuhi bulu-bulu yang terawat dengan rapih.

Kepala saya segera turun dan segera menjilati kemaluan Tante Lita. Terdengar Tante Lita menjerit, “Aduh Ndy.., nikmat sekali.. terus.. tante merasa nikmat terus Ndy.. uh.. uh.. ahh..” Tiba-tiba tubuh Tante Lita mengejang dan pinggangnya terangkat ke atas. Saya mengetahui kalau Tante Lita sudah hampir mencapai klimaksnya, tapi saya segera menghentikan permainan saya, sehingga terlihat kalau Tante Lita sangat kecewa dan berkata, “Kamu kok gitu sech Ndy..!” Saya berkata lagi, “Nit, nanti saya akan memberikan kenikmatan yang sebenarnya, tapi sekarang kamu harus meluruskan kembali dulu adik saya ini..!” sambil menunjukkan batang kemaluan saya yang sudah agak mengecil.

Saya bangkit dan segera mengarahkan kemaluan saya ke dalam mulut Tante Lita. Tante Lita nampaknya sangat liar dan segera melahap habis kemaluan saya, terlihat kalau kemaluan saya terbenam seluruhnya ke dalam mulut Tante Lita. Dengan gerakan menghisap Tante Lita berhasil membuat kemaluan saya sudah dalam keadaan siap tempur dan sudah dalam ukuran yang maksimum.

Lalu Tante Lita menyuruh saya untuk memasukkan kemaluan saya ke dalam kemaluannya, lalu saya bergerak turun dan tubuh saya menimpa tubuh Tante Lita. Saya mengarahkan kemaluan saya ke lubang kemaluan Tante Lita. Dengan pelan tapi pasti, saya mulai menekan kemaluan saya ke dalam lubang Tante Lita. Karena sudah basah oleh ludah Tante Lita dan kemaluan Tante Lita sudah basah oleh cairan kemaluannya, sehingga memudahkan kemaluan saya menekan, meskipun masih terasa sakit di sekitar kepala kemaluan saya. Tante Lita mulai menjerit dengan tertahan, “Aduh.. duh.. sakit.. Ndy.. teruskan.. uh.. ah.. ehm.. tapi nikmat sekali..!” Karena ingin segera mencapai klimaksnya, saya pun segera membenamkan habis kemaluan saya dan terasa kenikmatan yang hebat baik saya maupun Tante Lita.

Kemudian saya segera melanjutkannya dengan gerakan naik turun, sedangkan Tante Lita berusaha mengimbangi permainan saya dengan gerakan pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Dan sesudah 5 menit, kemudian Tante Lita menjerit dan kakinya mengunci pinggang saya, kemudian mulai menendang ke atas. “Ndy.. saya sampai nih.. ah.. uh.. uh.. ehs.. nikmat sekali..!”desahnya menahan kenikmatan. Sedangkan tangannya bergerak tidak karuan dan mencakar punggung saya, tapi saya sudah tidak mempedulikannya lagi dan terus memompa kemaluan saya ke dalam lubang surgawi Tante Lita.

Selang beberapa detik kemudian, saya merasa ada sesuatu yang akan meledak keluar, dan saya merasakan segera mencapai klimaks. Lalu saya berkata, “Lita, tahan.., sebentar lagi saya segera keluar..!” Saya mengerang, “Uuh.. uh.. enak sekali, sungguh enak sekali.” 5 detik kemudian, saya pun menghujani kemaluan Tante Lita dengan siraman air sperma saya dan saya merasakan adanya cairan hangat dalam kemaluan Tante Lita dan dinding kemaluan Tante Lita menjadi agak licin. Saya tahu Tante Lita dan saya sudah mencapai orgasme bersamaan dan terdengar jeritan, “Uuh.. Ndy.. enak sekali.. tante sampai.. uh..!”

Setelah mencapai orgasme, saya jatuh tertidur di samping Tante Lita. Tante Lita berkata, “Terima kasih Ndy.. tante puas sekali.., sudah lama tante nggak merasa puas seperti ini..!” Lalu saya tersenyum dan berkata, “Saya juga puas tante, kemaluan tante nikmat sekali, sungguh saya puas Nit..!” Kemudian kami pun saling berpelukan dan berciuman kembali.

Setelah hampir setengah jam beristirahat, kami mengulangi kembali permainan seks kami, hanya kali ini Tante Lita berada di atas, sedangkan saya di bawah. Permainan ini hanya berlangsung sekitar 5 menit, karena kami masing-masing sudah lelah pada permainan yang pertama, sehingga pada permainan kedua ini kami merasa tidak senikmat permainan pertama. Setelah lelah dan tertidur, tidak sadar hari sudah sore, maka segera saya membersihkan diri dan ingin segera pulang ke rumah. Tante Lita mengantar saya sampai ke pintu rumahnya. Dia berkata, “Endy.., tante puas hari ini..!” Saya berkata membalasnya, “Saya juga tante, tante hebat sekali..!”

Dengan tersipu, Tante Lita berkata, “Kapan-kapan kita lanjutkan lagi..?” Saya menjawab, “Iya Lita, saya akan dengan senang hati melayanimu, soalnya kamu hebat sech..! Saya suka deh ama kamu..” Tante Lita berkata lagi, “Iya, kalo kamu ingin, kamu bisa kok telepon tante, nanti kita bisa cari tempat yang aman, soalnya tante juga malu khan kalo tiap hari tante aja yang minta..!” Lalu saya berkata lagi, “Iya dech tante.., nanti kalo saya pengen, tante harus siap loh..!” Dengan senyuman, Tante Lita menganggukkan kepalanya.

Saya kembali memeluk Tante Lita dan menciumnya, sedangkan tangan saya bergerak ke arah selangkangannya dan menggosoknya. Tapi Tante Lita berkata, “Udah donk Ndy.. Tante malu nih digituin terus..!” Tapi saya terus saja memainkan kemaluan Tante Lita dan berkata, “Malu apanya tante, saya juga udah pernah lihat amamenikmati seluruh tubuh tante kok, tante juga suka khan..?” Sambil tertunduk, Tante Lita berkata, “Aah.. udahlah.. lain kali aja deh, saya janji pasti akan terus memberi kenikmatan yang lebih ama kamu, udah dech yang lainnya udah mo pulang tuh..! (maksudnya keluarga Tante Lita) Kamu harus segera balik tuh..!” Lalu saya mengiyakannya dan segera melepas ciuman dan pelukan serta tangan saya dari selangkangan Tante Lita.

Hubungan kami berlangsung lama dan hampir 2 tahun. Kami selalu berhubungan dengan diam-diam dan saya selalu puas dengan permainan Tante Lita. Sedangkan Tante Lita juga sebaliknya merasa puas akan permainan kami, tapi kami selalu melakukan hubungan seks dengan cara-cara yang tradisional dan tidak pernah mencoba gaya-gaya yang agak berani, seperti gaya anjing, 69 ataupun yang lainnya.

Belakangan ini, dari cerita Tante Lita, saya tahu kalau suaminya (papa teman saya) mempunyai istri simpanan di luar, sehingga Tante Lita merasa sering ditinggalkan dan kebutuhan batinnya tidak pernah tercukupi.

Setelah hubungan yang begitu lama, saya mulai merasakan kalau saya menyukai Tante Lita, tapi saya tidak tahu apakah saya mencintainya atau hanya perasaan karena kami sering berhubungan intim. Pernah sekali saya mengutarakannya, tapi Tante Lita memberi penjelasan, “Kamu ini hanya terbawa perasaan, diantara kita memang ada rasa suka, tapi tidak pernah saling mencintai, kita hanya membutuhkan masing-masing untuk memuaskan kebutuhan kita..!” Dan saya mulai mengerti kalau hubungan ini tidak akan berlangsung lama.
Setelah saya melanjutkan pendidikan saya di luar kota, saya mulai jarang kembali ke kampung halaman saya.Tetapi saat saya kembali, saya dan Tante Lita selalu mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seks kami.

Cerita ini merupakan pengalaman nyata yang saya alami, bukan rekayasa. Meskipun dalam cerita ini, cerita seksnya kurang dominan, tapi saya ingin pembaca tahu konflik batin yang terjadi dan pertentangan-pertentangan dalam diri kita

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Popular Posts

Recent Posts