Suara deru mesin mobil terdengar dari garasi, suaranya yang besar perlahan-lahan mengecil hingga hilang di kejauhan. Aku segara bergegas turun dari lantai atas, perlahan menuruni tangga. Perasaanku benar-benar tak karuan, ada rasa senang bercampur gugup dan entah apa lagi, semuanya tertumpah menjadi satu.
Di lantai bawah suasana sudah sepi, anak-anak kecil yang tadinya menonton TV kini tertidur pulas dikamarnya, jam menunjukkan pukul 23.30 pm yang artinya tak ada lagi aktifitas dirumah. Aku berdiri di depan kamar yang pintunya sedikit terbuka, di dalam terlihat seorang wanita yang baru saja menidurkan anaknya yang masih berusia 18 bulan. Namanya Wulan.
Perlahan-lahan aku memasuki kamar tersebut, aku tak tahu apakah kedatanganku disadari olehnya atau tidak, akal sehatku kini hilang entah kemana. Setelah menutup pintu kamar aku langsung duduk di tempat tidur tepat dibelakang Wulan, Kurangkulkan kedua tanganku di tubuh Wulan. Bau wangi tercium dari rambut sebahu yang sepertinya baru selesai keramas. Aku langsung mengecup lembut pundaknya bagian belakang.
“Ehhmmm…aahhh…” desahan mulai terdengar saat lidah dan bibirku mulai bermain di sekitar leher bagian belakang.
Tak berapa lama Wulan melepas lingkaran tanganku di pinggangnya, lalu dia berbalik arah menatapku yang telah diselimuti oleh nafsu. Bibir tipisnya langsung kucium sambil tangan kiriku bermain di toketnya yang masih di balut daster tanpa BH. Kedua tanganku kini memeluk tubuhnya sambil bibirku terus mencium bibir, leher dan pudaknya secara bergantian.
Kutarik tubuh Wulan dan kubaringkan dia diatas karpet tebal. Aku mulai menindih tubuhnya, kuciumi setiap jengkal leher dan bibirnya bergantian, kini dia ikut membalas ciumanku, kadang lidah kami saling beradu, sesekali kuhisap dan kugigit bibirnya dengan lembut. Kami berdua telah dipenuhi oleh nafsu.
Aku beranjak dan melepas pakaian satu persatu hingga tak ada lagi sehelai benang pun yang menempel di tubuh ini, kulihat Wulan masih terbaring pasrah diatas karpet itu, dia yang sedari tadi memandang tubuhku cepat-cepat memalingkan wajahnya kearah lain seakan baru pertama kali melihatku telanjang.
Sambil bersimpuh di kakinya kusibakkan dasternya keatas, dia mengangkat tubuhnya hingga daster yang dia gunakan dengan mudah naik keatas. Kini tinggal CD tipisnya yang tersisa, kulepas CD itu perlahan melewati paha hingga betis indahnya, tangannya cepat-cepat menutupi memeknya sendiri seakan tak ingin aku mencuri pandangan meski sedetikpun.
Aku pun kembali melanjutkan cumbuanku di leher dan sebagian dadanya, saat aku hendak menghisap kedua putingnya dia mencoba menolak, kutatap matanya dan dia hanya menggeleng memberi isyarat jangan, aku pun mengerti dan akhirnya hanya mencium area disekitar putingnya. Karena tak banyak yang bisa kulakukan di toketnya, ciumanku pun turun ke memeknya dan langsung memainkan lidahku di memeknya yang sudah mulai basah itu, jilatan demi jilatan berubah menjadi hisapan di klitorisnya, Wulan hanya bisa mendesah kecil sambil menggigit bibir bawahnya mencoba untuk tidak menggangu tidur sang buah hati.
Permainanku membuatnya sering mendesah, aku pun lalu bangkit untuk segera memberinya menu utama, kupandu kontolku masuk ke lubang memeknya namun tiba-tiba dia menutupi memeknya dengan tangan, aku yang kebingungan memadangnya dengan kekecewaan, Wulan menggelengkan kepala isyarat menolakku, namun kemudian dia pun tersenyum berhasil mempermainkan ku.
Karena kesal aku pun berniat membalasnya, kujejali kepala kontolku di bibir memeknya cukup lama tanpa memasukkannya, membuat dia makin bergairah sekaligus tersiksa, aku hanya tersenyum menatap wajahnya yang menahan nafsu. Tak tega melihatnya aku langsung memandu batang kontolku untuk masuk ke dalam lubang memeknya,
“Aaahhh…sssthh…aahhh…” Wulan kembali mendesah pelan melepaskan nafsu yang sedari tadi tertahan.
Kugenjotkan batang kontolku dalam tempo sedang, aku ingin Wulan benar-benar menikmati setiap inci kontolku yang menerjang memeknya. Lambat laun tempo permainanku semakin cepat membuat memeknya makin basah oleh lendir kewanitaan. Kuciumi bibir Wulan tanpa melepas Kontolku di memeknya, dia begitu bersemangat merespon setiap ciumanku, tangannya melingkar dileherku seakan tak ingin melepas kenikmatan dari pria yang usianya 5 tahun lebih muda.
Hampir 10 menit aku menggenjot memeknya kurasakan memeknya mulai berdenyut dan akan segera meraih orgasme, aku pun semakin mempercepat laju kontolku, namun tak berapa lama tangisan bayi terdengar dari atas bed membuyarkan konsentrasiku, dengan terpaksa aku menghentikan permainan. Aku bangkit bersamaan dengan Wulan yang beranjak naik keatas bed dengan raut wajah sedikit kecewa, di pinggiran bed dia duduk dengan tubuh masih telanjang, aku pun ikut duduk di belakangnya.
“Cup..cup..cup bobok lagi ya” katanya sambil mengeloni buah hatinya itu dengan penuh kasih sayang.
Aku hanya bisa memeluknya dan berharap bayi itu kembali tidur, kucium pundaknya seakan memberinya peringatan jika permainan belum usai.
Sambil membelai buah hatinya, tangan kiri Wulan mengelus selangkanganku dan batang kontolku agar tetap tegang. Setelah bayinya tertidur, kutarik tubuhnya kembali ke lantai, tak mau berlama-lama langsung kujejali memeknya dengan batang kontolku “Bleeesss…”, aku kembali menggenjot memeknya, menyalakan kembali gairah yang sempat padam, untung saja kontolku masih lumayan tegang.
Kutekan sedalam-dalamnya kontolku dalan memeknya membuat mata Wulan terpejam dan menggigit bibir bawahnya, kuletakkan betis kirinya diatas pundakku hingga tak ada lagi sedikitpun jarak diantara kami berdua. Ditengah kenikmatan yang dia rasakan sesekali Wulan melirik kearah bed, mungkin saja bayinya terbangun lagi, kuacungkan jempol padanya sebagai tanda bayinya aman-aman saja.
Kugenjot memeknya dengan tempo yang semakin cepat, kulakukan berulang kali membuat tubuhnya sedikit terguncang oleh kenikmatan, kadang tubuhnya melengkung keatas merasakan nikmatnya hujaman demi hujaman daro batang kontolku yang Wulan akui lebih panjang dari punya suaminya, kucium betis indahnya yang menggantung di pundak ku.
Kuraih kedua tangannya kugenggam dan kembali kutindih tubuh ibu muda yang telah beberapa kali orgasme ini, kukecup lembut keningnya,
“I love you sayanggg…”
“Love you too…” balas Wulan.
Kata cinta itu seakan mendorong kaontolku maju mudur semakin cepat, desahan demi desahan pun tak lagi tertahankan keluar dari mulut Wulan, yang ada dalam benakku dan Wulan hanya satu yaitu puncak kenikmatan,
“Aaaarghhh..ehhmmm..aaahhhhhhhhhhh..” Wulan mendesah panjang.
Wulan kembali orgasme, entah sudah berapa kali dia orgasme namun kali seakan menjadi orgasmenya yang terakhir, kurasakan cairan hangat membanjiri liang kewanitaan bersamaan peluh keluar d itubuhnya. Aku yang juga akan segera orgasme pun berusaha mengalah dan memberinya waktu menikmati semua nafsu kewanitaannya.
Batang kontolku yang masih tegang di dalam lubang memeknya membuatnya sadar kalau aku belum menuntaskan hajat birahiku.
“Ayo yank keluarkan sekarang ya…” kata Wulan sambil membelai rambutku.
Tak mau membuang waktu aku langsung memompa kontolku cepat-cepat,,
“Aaaahhhh…ahhhh…ahhh…” jeritnya. Wulan terus menjilati putingku. Aku berusaha menuntaskan hajat terakhir, tak berapa lama kemudian semua energi yang kumiliki seakan mengalir kesatu tempat.
Dan setelah beberapa kali sodokan aku pun orgasme, kucabut kontolku dan kubiarkan air maniku keluar di bibir memek Wulan yang telah cukup basah oleh cairannya. Kupeluk tubuhnya, kucium bibir dan keningnya dengan penuh kasih sayang, seakan tak peduli cairan kemaluan kami belepotan disana-sini.
Setelah puas melepas semua kenikmatan yang entah kapan bisa diulang lagi, aku membersihkan diri dan berbenah di kamar mandi, sebelum aku keluar kamar, kutawarkan untuk membersihkan tubuh Wulan namun dia menolak, sebelum kututup pintu kamar aku masih sempat memandanginya yang masih berbaring dengan tubuh yang masih telanjang juga, kemudian Wulan memandangku sambil tersenyum puas.
Selesai.
BANDARPOKERONLINE | DOMINOQQ | AGENDOMINO | CAPSA | ADUQQ |SAKONG
0 komentar:
Posting Komentar